News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Travel Tips

Berlibur ke Tiga Objek Wisata Serba Monyet di Tahun Monyet Api, Tertarik?

Editor: Malvyandie Haryadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Orangutan di Taman Nasional Tanjung Puting, Kalimantan Tengah.

TRIBUNNEWS.COM - Tahun ini merupakan tahun monyet menurut penanggalan China.

Bagaimana jika Anda merencanakan liburan di “tahun monyet api” ini ke berbagai destinasi wisata serba monyet.

Ada banyak destinasi yang berkaitan dengan monyet tersebar di Indonesia.

Dari mulai konservasi hingga atraksi.

Berikut beberapa destinasi wisata yang berkaitan dengan hewan primata, seperti yang ditulis KompasTravel.

1. Tanjung Puting, Kalimantan Tengah

Taman Nasional Tanjung Puting berlokasi di Kecamatan Kumai, Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat.

Taman Nasional (TN) ini merupakan konservasi orangutan terbesar di dunia.

Populasinya diperkirakan 30.000 sampai 40.000 orangutan yang tersebar di taman nasional dan juga di luar taman nasional ini.

Di TN Tanjung Puting ini pengunjung dapat melihat habitat alami orangutan secara langsung dan melihat kehidupan mereka di alam liar.

Hutan ini merupakan rumah bagi delapan jenis primata.

Termasuk monyet yang memiliki hidung panjang atau bekantan (Nasalis larvatus), yang biasa disebut monyet Belanda oleh warga sekitar, karena hidungnya yang panjang.

Wisatawan yang berkunjung ke sini umumnya wisatawan mancanegara.

Oleh karena itu pelayanan di sini terbiasa melayani orang asing.

Tidak heran banyak pengelolanya yang pandai berbahasa asing.

Untuk menuju ke sini, Anda harus melewati jalur laut, menuju Pelabuhan Kumai.

Dari Pelabuhan Kumai, Anda akan diantar menggunakan speedboat menuju Tanjung Puting.

Jika ingin lebih santai menikmati alam dan tentunya lebih ekonomis, dapat menaiki kapal klotok.

Dengan sepeedboat yang berkapasitas enam orang, perjalanan menuju Tanjung Puting ditempuh sekitar 1,5 jam.

Jika menggunakan kapal klotok atau perahu tradisional bermotor yang digunakan di sungai-sungai di Kalimantan, akan menempuh 3-4 jam perjalanan.

2. Alas Kedaton, Tabanan, Bali

Alas Kedaton merupakan kawasan hutan lindung seluas 12 hekter.

Terdapat pura yang "dijaga" monyet jinak di dalamnya.

Alas Kedaton berada di Jalan Raya Alas Kedaton Kukuh, Tabanan, Bali.

Jika Anda berangkat dari kawasan pantai Kuta, maka akan memerlukan waktu satu jam-an dalam keadaan jalan lengang.

Kera yang terdapat di obyek wisata ini sudah terbiasa melihat manusia.

Monyet-monyet ini yang akan menyambut Anda sejak di pintu gerbang.

Walaupun jinak, Anda harus tetap waspada dengan tingkah laku jahilnya di alam liar.

Anda dapat menyempatkan membawa kacang-kacangan atau pisang untuk diberikan kepada kera.

Uniknya, terdapat lahan yang ditumbuhi rumput-rumput kecil, padahal di sekitarnya banyak ditumbuhi pepohonan.

Konon lahan tersebut merupakan kuburan monyet yang mati dan dikubur sendiri oleh kawanannya.

Lahan atau kuburan tersebut telah ada sebelum kawasan wisata ini dibangun.

Menurut warga adat sekitar, ini berkaitan dengan kisah mistis adat di sana.

Kawanan monyet tersebut akan membawa temannya yang mati dengan cara dipanggul bersama.

Tak heran jika turis atau masyarakat di sana tidak pernah melihat bangkai monyet yang mati.

Setiap ada yang mati, maka di lahan tersebut akan muncul gundukan tanah seperti kuburan.

3. Pusat Primata Schmutzer, Ragunan, Jakarta

Selain dapat melihat monyet, yang menarik di sini wisatawan bisa melihat berbagai macam hewan primata, seperti bekantan, owa jawa, siamang, lutung, sampai gorila.

Dengan konsep open zoo atau kebun binatang terbuka, tempat ini dibuat semirip mungkin, sehingga Anda serasa berada di habitatnya.

Pusat perimata ini berada di dalam kawasan Taman Margasatwa Ragunan di Jalan R. M. Harsono, Ragunan, Jakarta Selatan.

Kebun seluas 140 hektar ini mengoleksi sekitar 295 spesies dan 4.040 spesimen, termasuk di antaranya berbagai macam primata.

Sesuai namanya Pusat Primata ini didirikan atas ide Pauline Antoinette Schmutzer-versteegh.

Schmutzer adalah seorang pecinta primata dan berinisiatif untuk mendirikan Pusat Primata Schmutzer sebagai pusat penangkaran primata terbesar di Jakarta.

Hingga pada akhirnya tempat ini diresmikan sebagai pusat penangkaran sekaligus obyek wisata pada tanggal 20 Agustus 2002.

Untuk masuk, Anda harus membeli tiket seharga Rp 6.000 untuk hari Selasa-Jumat dan Rp. 7.500 pada hari Sabtu-Minggu dan hari libur nasional.

Salah satu momen yang ditunggu-tunggu pengunjung ialah ketika penjaga memberi makan gorila, atau biasa disebut feeding time.

Anda dapat menyaksikannya dari mulai penjaga meracik makanan samapai memberinya hanya di jam-jam tertentu.

Yaitu pada pukul 09.00 WIB, 12.00 WIB, dan 15.00 WIB.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini