Wisata Sumut

Batu Hobon, Tempat Sakral di Samosir, Setiap Orang yang Ingin Membukanya Pasti Kena Musibah

Editor: Malvyandie Haryadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Lokasi Batu Hobon.
Lokasi Batu Hobon.

Laporan Wartawan Tribun Medan, Silfa Humairah

TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Batu Hobon yang berada di Pusuk Buhit, Pangururan, Samosir, Sumatera Utara, terlihat seperti batu besar biasa.

Tapi bagi masyarakat sekitar khususnya bagi masyarakat Suku Batak, Batu Hobon ini sangat "spesial".

Batu tersebut dijaga sedemikian rupa, dibuatkan atap penyangga beton dengan bentuk seperti rumah adat Batak dengan ukiran Batak pula.


Batu Hobon. (Tribun Medan/Silfa)hobon

Tepat di atasnya ada patung Saribu Raja yang berdiri tegak menghadap ke atas.

Saat masuk ke ruang batu, sekilas patung tidak tampak karena berada di atas batu dengan penghalang beton.

Tapi saat melangkah naik ke beton tersebut, barulah patung itu tampak besar tinggi.

Begitu pula jika dilihat dari depan, patung juga tidak tampak, hanya celah kanan dan kiri patung bisa dilihat.

Ada cerita dari mulut ke mulut yang sudah turun menurun tentang keberadaan batu yang dianggap sakral bagi masyarakat setempat.

Masyarakat meyakini batu itu merupakan tempat penyimpanan harta pusaka Saribu Raja.

Siardus, penjaga Batu Hobon menuturkan Batu Hobon berarti peti batu.

Hobon sendiri memiliki arti peti.


Patung Saribu Raja. (Tribun Medan/Silfa)

Disebut demikian karena bentuknya berupa batu berdiameter satu meter dengan bagian bawah berongga.

Diperkirakan batu ini merupakan sebuah lorong yang diduga berbentuk goa.

Peti batu tersebut dilengkapinya dengan tutup batu di mana pada bagian ujungnya ada lubang yang diyakini berupa kode untuk membuka batu tersebut.

Di sisi kiri depan terdapat segel batu, berfungsi sebagai kunci rahasia pembuka yang hanya diketahui oleh Saribu Raja.

Siardus, menuturkan kini Batu Hobon dijadikan tempat berdoa, memanjatkan harapan untuk dimudahkan rezeki.

"Tapi bukan disembah ya, hanya menyakini tradisi karena batu ini diyakini keramat dan sakral sebagai peti penyimpan harta Saribu Raja yang hingga kini tidak bisa dibuka," katanya.

Menurutnya sudah sejak dulu, tidak diketahui kapan mula pasti tahunnya tempat ini kerap diadakan upacara sakral yang masih berlanjut hingga sekarang.

Upacara itu diyakini sebagai penghormatan pada roh leluhur sekaligus menerima pewahyuan dari nenek moyang, dikenal dengan sebutan “Tatea Bulan”.

Sagala, penduduk sekitar menuturkan sudah beberapa kali orang berusaha untuk membuka Batu Hobon.

Alih-alih berhasil, usaha ini selalu gagal, bahkan orang yang berusaha membuka pun mendapat bala yang kebanyakan meninggal dunia.

Menurutnya turun menurun cerita ini terus disampaikan ke mereka.

Pada zaman penjajahan Belanda, ada seorang pejabat Pemerintah Belanda dari Pangururan.

Ia berusaha untuk membuka batu Hobon.

Ia berangkat membawa dinamit berencana untuk menghancurkan batu dan mengambil harta Raja Saribu yang diyakini masih tersimpan di dalamnya.

Pada saat mereka mempersiapkan alat-alat untuk meledakkan Batu Hobon itu dengan tiba-tiba datanglah hujan lebat, disertai angin kencang, serta petir dan guntur yang sambung menyambung.

Seketika muncul ular yang sangat besar cahaya seperti tembakan sinar laser dari langit tepat ke atas Batu Hobon.

Saat itu juga orang Belanda tersebut pingsan, sehingga dia harus di tandu ke Pangururan, dan setelah sampai Pangururan dia pun meninggal dunia.

Ada juga pasukan yang berjumlah puluhan orang datang untuk membuka dan memecahkan Batu Hobon.

Mereka sempat membuka tutup lapisan yang paling atas, tetapi dengan tiba-tiba mereka melihat ular yang sangat besar di Batu Hobon itu sehingga mereka lari terbirit-birit dan usaha mereka untuk membuka Batu Hobon itu gagal.

Tidak berapa lama pimpinan rombongan itupun meninggal dunia dan anggota rombongan itupun banyak yang mendapat bala.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Klik Di Sini!

Berita Populer

Berita Terkini