Raja Biakbiak adalah putra sulung Guru Tatea Bulan. Raja Biakbiak atau juga disebut dengan Raja Uti tidaklah mempunyai keturunan.
Saribu Raja adalah putra kedua Guru Tatea Bulan. Saribu Raja mempunyai 2 (dua) orang putra yang dilahirkan oleh 2 (dua) istri. Istri pertama Saribu Raja adalah Siboru Pareme yang melahirkan Raja Lontung dan istri kedua Saribu Raja adalah Nai Mangiring Laut yang melahirkan Raja Borbor.
Raja Lontung mempunyai 7 orang putra, yaitu, Sinaga, Situmorang,
Pandiangan, Nainggolan, Simatupang, Siregar dan Borbor membentuk rumpun persatuan yang disebut dengan Borbor yang terdiri dari marga Pasaribu, Batubara, Harahap, Parapat, Matondang, Sipahutar, Tarihoran, Saruksuk, Lubis, Pulungan, Hutasuhut, Tanjung serta Daulay. Tiap putra Lontung menurunkan banyak marga turunan lainnya.
Keturunan Limbong Mulana sebagai putra ketiga Guru Tatea Bulan, hingga kini tetap memakai marga Limbong.
Keturunan Sagala Raja sebagai putra keempat Guru Tatea Bulan tetap memakai marga Sagala.
Silau Raja sebagai putra bungsu Guru Tatea Bulan menurunkan marga Malau, Manik, Ambarita, dan Gurning.
"Jadi marga-marga inilah yang kalau datang pasti disambut betul, ditunjukkan tempat-tempat sakral para raja serta diajak mengobrol seperti kita memang berasal dari kampung tersebut," jelasnya.
Tidak sedikit wisatawan yang datang dari luar kota pun dibuat kebingungan.
Pasalnya, mereka ramah dan menyambut wisatawan yang bemarga keturunan Siraja Batak, tapi bagi yang tidak memiliki marga tersebut, biasanya penduduk tidak seramah dengan yang memiliki marga atau bahkan didiamkan saja.
A photo posted by Boby Hari Jhonatan Limbong (@bobylimbong) on Feb 7, 2016 at 11:26am PST
Nisa Lubis, pengunjung asal Medan ini pun dibuat terkaget-kaget penduduk menawarkannya ongkos becak hingga menjadi pemandunya berkeliling objek wisata Pusuk Buhit.
Sedangkan teman-temannya yang ikut dengannya tidak disapa begitu ramah karena tidak bemarga keturunan Siraja Batak.
"Bahkan tadi ada anak-anak yang menyapa saya marga apa saat berjalan kaki menuju simpang untuk mendapatkan bus pulang ke Medan, begitu tahu saya Lubis langsung mau diantar saya sampai simpang agar mendapatkan bus.
"Padahal wisatawan banyak yang lalu lalang tapi tidak semua disapa dan mau mereka antar atau tawarkan tumpangan, kalau kata anak yang mengantar saya itu karena beberapa yang disapanya bukan bemarga, kalau saya karena bemarga dan namboru (bibi)nya katanya," tambahnya.