"Tiap hari ada saja yang datang kesini. Ada juga peneliti dari Prancis yang beberapa bulan melakukan penelitian disini. Selain itu pihak importir lada dari Jermang, Jepan, Belanda, Malaysia juga sering datang kesini," ungkap Ketua BP3L Babel Zainal Arifin, Selasa (16/2).
Ia menjelaskan, kebun percontohan milik BP3L Babel tersebut saat ini juga digunakan untuk pelatihan pembibitan dan pembudidayan lada untuk para narapidana kerjasama BP3L Babel dengan Kementerian Hukum dan HAM Babel.
"Kami memang terbuka dan menerima siapa saja yang datang kesini," ujar Zainal.
Menurutnya, pihaknya memang berencana menjadikan kebun percontohan ini sebagai kawasan agro wisata yang lengkap pendukung pariwisata Babel.
Namun, pihaknya masih membutuhkan perhatian pemerintah daerah seperti perbaikan infrastruktur jalan masuk lebih kurang 300 meter yang belum diaspal.
"Harapan pihak BP3L Agrowisata Lada menjadi nilai tambah wisata di Bangka Belitung. Apalagi untuk lada, brand kita diakui nomor I di dunia dengan nama Muntok White Paper. Belum ada yang bisa menyaingi kualitasnya," imbuh Zainal.
Menurutnya, jika Malang punya agriwisata apel dan Bali punya agriwisata salak, Babel punya agriwisata khas yang tidak bisa ditemui di daerah lain yaitu Lada.
"Orang belum banyak tahu apa sih muntok white paper, di Malang ada kebun apel, Bali dengan salaknya. Yang ramai dikunjungi wisatawan. Nah Babel punya komoditas nomor 1 di dunia pun pasti menjadi daya tarik tersendiri," jelas Zainal.
Tanaman yang memiliki nama latin Piper Ningrum ini sudah dibudidayakan masyarakat Bangka sejak ratusan tahun silam.
Meskipun tanaman lada juga dibudidayakan di daerah lain, lada yang dihasilkan dari pulau Bangka memiliki keunggulan dari segi rasa, keharuman, mutu dan daya tahannya.
Tak heran komoditas perkebunan andalan masyarakat Bangka tersebut menjadi buruan dunia internasional dan dihargai dengan harga tinggi.
Tanaman ini juga sudah menjadi budaya dan penopang penghidupan masyarakat sejak lama.
Bahkan pada saat Indonesia sedang diterpa krisis ekonomi pada tahun 1997-1998 silam, masyarakat pulau Bangka justru banyak yang kaya mendadak lantaran harga lada melonjak hingga 100 perkilonya.
Selain di kebun percontohan milik BP3L Babel, kebun-kebun lada bisa ditemui di desa-desa di Pulau Bangka.