Laporan Wartawan Serambi Indonesia, Nurul Hayati
TRIBUNNEWS.COM, ACEH – Terletak di tepi Selat Bosporus, Turki merupakan negara dengan perpaduan timur dan barat.
Hal itu memburat dalam keseharian warganya mulai dari budaya, kuliner, hingga profil warganya.
Kebab Turki. (Serambi Indonesia/Nurul Hayati)
Hal itulah yang coba dihadirkan di ‘Kermes Ponpes Sulaimaniyah’ Taman Sari, Banda Aceh (4-6/3/2016).
Bazar atau yang dalam Bahasa Turki disebut kermes tersebut menyuguhkan rupa-rupa makanan khas Turki, pernak pernik ruangan dan aksesoris, serta pakaian khas negara tersebut.
Tribun Travel menjajal lidah dengan mencoba kuliner Turki yaitu kebab serta menyesap teh yang menebarkan aroma khas.
Kebab merupakan makanan khas Turki yang berisi daging merah giling, potongan tomat, bawang bombay, dan sejumput selada.
Dilumuri bumbu racikan khas dan olesan mayonaise serta saos yang menghasilkan citarasa asam pedas yang sedikit menyengat di lidah.
Tortilla yang terbuat dari tepung membungkus kebab menghasilkan citarasa gurih.
Bahan-bahannya didatangkan langsung dari Turki dan diracik khusus dengan sajian fresh food.
Kopiah khas Turki. (Serambi Indonesia/Nurul Hayati)
Sembari menunggu pesanan, mata anda akan disuguhi oleh pemandangan laki-laki berpeci khas Turki yang merupakan perpaduan fisik orang Asia dan Eropa.
Peneman acara santap kebab saya adalah teh Turki.
Citarasa teh ini mirip teh tradisional Indonesia, yaitu teh poci.
Diseduh dengan cara di-steam untuk mengikat rasa dan aroma.
Di negara tempatnya berasal, budaya minum teh sangat akrab dengan keseharian warganya.
Pengunjung bazar rata-rata memadati stan kuliner dan pakaian.
Sebagai negara yang pernah menjadi tempat berkembangnya peradaban Islam yaitu Kerajaan Turki Ustmani, Turki menyisakan jejak peradaban seperti seni kaligrafi.
Penerapan kaligrafi dengan mudah bisa ditemui pada dekorasi interior ruangan.
Masih di stand yang sama, anda juga bisa mendapati topi khas Turki yang lazim dipakai oleh penari sufi.
Namun di negara tempatnya berasal, topi tersebut dikenakan oleh semua kalangan dan tanpa perlu ada momen khusus.
Menjadi pelengkap pakaian yang menemani keseharian warganya.
Sementara bagi perempuannya ada scraf hand made dan aksesoris khas Turki
Serba-serbi perkakas yang bertengger dalam bazar yang dihelat selama tiga hari tersebut didatangkan langsung dari negara asalnya.
Sumbangan warga Turki untuk memberdayakan santri Ponpes Sulaimaniyah di Aceh.
“Ini merupakan momentum karena kali pertama bagi kami menggelar bazar di Indonesia dan yang menjadi tuan rumahnya adalah Aceh,” ujar Humas Kermes Ponpes Sulaimaniyah, Soraya.
Pada masa Kerajaan Aceh Darussalam abad ke-17, Aceh menjalin hubungan diplomatis dengan Kerajaan Turki Ustmani.
Aceh yang terletak di Selat Malaka menjadi gerbang masuknya Islam ke nusantara dan Asia Tenggara.
Sementara Turki yang terletak di Selat Bosporus yang memisahkan Benua Asia dan Eropa dikenal sebagai tempat berkembangnya peradaban Islam.
Pada masanya, kedua kerajaan sedang berada di puncak keemasan dengan Islam sebagai latar belakang kesamaan.
Kini Turki menjelma menjadi negara sekuler dan Aceh menjadi bagian dari Indonesia dengan kekhususannya dalam menerapkan Syariat Islam.
Namun hubungan keduanya lekat hingga kini.
Hal itu terlihat dari adanya perkampungan Turki di Aceh serta keberadaan Ponpes Sulaimaniyah di segi pendidikan.
Ponpes yang concern mencetak hafidz (penghapal Al Quran) tersebut berdiri sejak 2010 dan tersebar di tiga titik di Banda Aceh dan Aceh Besar.
Mengunjungi Kermes Ponpes Sulaimaniyah layaknya menyambangi Turki kecil.