Laporan Wartawan Tribun Medan/Silfa Humairah
TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Wisata goa, selalu memberikan sensasi berbeda yang membuat adrenalin terpacu.
Mulai dari tantangan berada di ruangan gelap gulita dengan resiko didekat binatang melata.
Hingga melewati dinding goa yang sempit dan terjal.
Batu dalam Goa Batu Rijal yang berbentuk unim. (Tribun Medan/Silfa)
Saat memasuki Goa Batu Rijal, medan pertama yang dilewati cukup ekstrem, yakni harus turun dari mulut goa menggunakan pegangan tali karena cukup curam.
Kemudian melewati akses yang sempit, hingga untuk ukuran manusia yang gemuk harus berjalan menyamping.
Tapi itu tidak lama, karena setelah melewati dinding goa yang sempit hanya beberapa meter, pemandangan goa dengan batu stalagtit dan stalagmit di ukuran goa yang cukup lapang akan membuat anda lega.
Tidak perlu takut, wisatawan bisa leluasa bergerak dan berfoto.
Walaupun tidak ada cahaya sedikit pun, tapi penerang sudah membuat anda tampak sekeliling goa dan tidak perlu takut akan binatang karena akan dihadang dan dilindungi pemandu.
Sari, pemandu, menuturkan dalam goa sejatinya selalu ada binatang yang bersembunyi, tapi tergantung kondisi dan kedalaman goa.
Kalau goa Rizal hanya sekitar 500 meter, kebanyakan binatang seperti jangkrik dan kelelawar yang jadi penguni.
Goa Batu Rijal. (Tribun Medan/Silfa)
"Goa Batu Rijal juga punya keunikan, yakni tampak berkilau dengan bintik-bintik putih terang. Bahkan, kilauan bintik-bintik putih terang bebatuan itu bak berlian. Diprediksi usia goa sudah berusia ribuan tahun hingga memiliki batu stalagtit dan stalagmit yang besar, tinggi, dengan bentuk beragam," katanya.
Menurutnya, jika pengunjung takut kegelapan dan mudah sesak sebaiknya tidak ikut masuk dalam goa.
Karena, selain tidak ada cahaya yang masuk, ukuran goa berubah-ubah.
Ada area yang lapang dan tidak sedikit pula area goa yang sempit hingga melewatinya harus merayap.
Belum lagi jika ke sana bersama rombongan, waktu penelusuran bisa lebih lama karena harus mengantri di lorong yang sempit.
Ia menuturkan penamaan Goa Batu Rijal bukan tanpa alasan, melainkan harus menambah "kewaspadaan" karena ada penduduk yang meninggal bernama Rijal di dalam goa tersebut.
"Meninggal karena apa masih simpang siur, intinya nama goa dinamakan nama penduduk yang meninggal tersebut karena dialah yang memandu dan menunjukkan pertama kali keindahan goa tersebut," jelasnya.
Perjalanan dalam goa bisa memakan waktu selama 30 menit, namun untuk mencapai mulut gua butuh 2 jam tracking melewati kebun penduduk, hutan rimba dengan semak belukar yang lebat hingga tanah terjal yang harus dituruni berhati-hati.
Jadi bisa dibayangkan bukan, bagaimana usaha untuk menikmati keindahan gua yang masih perawan dan belum banyak dikunjungi ini.
Untuk menemukan goa di tengah hutan belantara Taman Nasional Gunung Leusur ini, anda harus menggunakan jasa tenaga profesional yakni pemandu untuk mencapai goa dan membantu anda saat memasuki goa.
Jika rombongan perorang bisa hanya Rp 40 ribu, tapi jika kurang dari 5 orang bisa lebih mahal mencapai Rp 60 ribu perorang.
Untuk bekal sebaiknya pengunjung membawa makanan dan minuman yang cukup karena rute menuju Goa Batu Rijal berada di dalam hutan dna jauh dari rumah penduduk apalagi jualan.
Untuk menginap, sebaiknya mengikuti panduan pemandu atau penduduk sekitar.
Boleh mendirikan tenda atau camping jika dirasa safery dan diberi izin.
Tapi sebaiknya menginap di penginapan sekitar sungai Bukit Lawang.
Bukit Lawang dapat ditempuh dengan sepeda motor atau dari Kota Medan. Dilanjutkan melewati Kota Binjai dan Bahorok dengan waktu tempuh sekitar 3,5 jam dari Kota Medan.
Fasilitas di Bukit Lawang meliputi pondok-pondok wisata bernuansa alami dengan tarif bervariasi antara Rp. 100.000 sampai dengan Rp. 500.000 per malam.
Fasilitas wisata lainnya yang tersedia berupa restoran, camping ground, feeding site, dan sampan penyeberangan menuju kawasan Leuser.
Di Bukit Lawang banyak tersedia pemandu wisata lokal berpengalaman.
Bagi pengunjung yang membutuhkan pemandu selama melakukan petualangan di Leuser dapat menghubungi Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Bukit Lawang yang anggota pemandunya sudah menyambut wisatawan di pintu gerbang atau parkiran.