TRIBUNNEWS.COM, AMBON - Presiden Joko Widodo pada Senin (4/4/2016) kemarin meresmikan Jembatan Merah Putih yang melintasi Kota Ambon.
Akses menuju berbagai tempat wisata di ibu kota Provinsi Maluku itu menjadi lebih cepat dan efektif.
Jembatan Merah Putih. (Kompas.com/Dokumentasi Pusat Komunikasi Publik Kementerian PUPR)
Jembatan Merah Putih berdiri megah sepanjang 1.140 meter, didaulat sebagai jembatan terpanjang di kawasan Indonesia Timur.
Jembatan ini menghubungkan sisi utara dengan sisi selatan Kota Ambon, tepatnya Desa Rumah Tiga (Kecamatan Sirimau) dan Desa Hative Kecil (Kecamatan Teluk Ambon).
Sebelum ada Jembatan Merah Putih, jarak dari Bandara Intenasional Pattimura ke Kota Ambon (sekitar 35 kilometer) harus ditempuh selama 60 menit dengan memutari Teluk Ambon.
Alternatif lain adalah dengan menggunakan kapal penyeberangan (ferry) dengan waktu tempuh 20 menit, belum termasuk waktu antre.
Dengan diresmikannya Jembatan Merah Putih, waktu tempuh dari bandara ke kota atau sebaliknya menjadi lebih efisien.
Wisatawan pun bisa lebih efektif mengeksplor beberapa destinasi wisata di kota berjuluk 'Ambon Manise' ini.
Keistimewaan
Alam adalah alasan utama Ambon dijuluki 'manise'. Terletak di atas bukit dengan pemandangan teluk, Ambon menyuguhkan beragam destinasi dari alam, sejarah, sampai kuliner.
Selain itu, 'manise' juga identik dengan paras wanita dan pria Suku Ambon yang dikenal rupawan.
Deretan pantai berpasir putih dan berair jernih menjadi primadona warga lokal dan wisatawan.
Pantai Natsepa, Pantai Liang, dan Pantai Pintu Kota adalah segelintir di antaranya.
KOMPAS/RADITYA HELABUMI - Anak-anak bermain bola di tepi Pantai Natsepa, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku, Sabtu (22/6/2013). Pantai Natsepa merupakan salah satu lokasi wisata di Kota Ambon dan Maluku Tengah yang banyak dikunjungi, terutama saat liburan sekolah.
Ratusan tahun lalu, Ambon mejadi 'surga' para penjelajah Bangsa Eropa terutama Portugis. Kekayaan rempah dan lokasi strategis menjadikan Ambon tenar di kalangan pedagang berbagai negara.
Tak heran Ambon punya banyak peninggalan sejarah dari zaman Portugis sampai VOC berkuasa.
Soal wisata kuliner, Ambon jagonya. Papeda yang disajikan bersama ikan kuah kuning menjadi panganan sehari-hari warga lokal.
Ada pula ikan asap segar yang dimakan bersama sambal colo-colo, serta rujak buah yang wajib dicicipi saat bersantai di Pantai Natsepa.
Dari Ambon, Anda bisa mampir ke beberapa destinasi cantik di Maluku antara lain Kepulauan Banda, Kepulauan Kei, serta 'belok' ke Raja Ampat. Lokasi strategis untuk menjelajahi kawasan timur Nusantara.
Akses
Beberapa maskapai nasional memiliki penerbangan langsung ke Bandara Internasional Pattimura. Garuda Indonesia, Lion Air, Batik Air, Sriwijaya Air, berangkat dari kota-kota besar seperti Jakarta, Makassar, dan Surabaya.
Beberapa maskapai perintis punya penerbangan dari kota-kota yang lebih kecil.
Wings Air misalnya, punya penerbangan dari Ternate, Langgur, Sorong, dan Nabire.
Maskapai Susi Air punya penerbangan ke Ambon dari Banda, Namlea (Pulau Buru) dan Wahai (Seram Utara).
Akomodasi
Sebelum berangkat ke Ambon, ada baiknya mencari informasi dan booking penginapan terlebih dahulu.
Akomodasi tersedia dengan berbagai fasilitas dan harga.
Collin Beach Hotel misalnya, merupakan hostel pinggir pantai dengan kisaran Rp 200.000 per malam.
Amans Hotel yang terletak di pusat kota memiliki kisaran harga Rp 380.000 per malam.
Anda yang ingin penginapan nyaman dan mewah, bisa memilih Swiss Belhotel Ambon (Rp 650.000 per malam) atau The Natsepa Resort and Conference Center (Rp 1,9 juta per malam).
Transportasi
Banyak opsi transportasi yang bisa digunakan untuk berkeliling Ambon.
Angkot tersedia dalam beberapa rute, dan jadi transportasi andalan warga lokal.
Becak, ojek, dan taksi juga tersedia di kota. Anda juga bisa menyewa mobil dengan kisaran Rp 500.000 per hari.
Bandara Internasional Pattimura terletak di Laha.
Saat menuju kota, wisatawan kini bisa melewati Jembatan Merah Putih yang baru saja diresmikan.
Obyek wisata alam
Dari deretan pantai cantik di Ambon, dua yang wajib dikunjungi adalah Pantai Natsepa dan Pantai Pintu Kota.
Pantai Natsepa berlokasi di Kecamatan Salahutu, sekitar 40 kilometer dari Pusat Kota Ambon.
Pantai ini menawarkan bibir pantai berpasir putih serta berair jernih, cocok untuk bersantai dan rileks.
Kalau bosan berjemur, Anda bisa menyewa perahu dengan tarif sekitar Rp 30.000 per jam.
Tak jauh dari pantai, terdapat pasar tempat berburu aneka seafoodsegar hasil tangkapan nelayan setempat.
Namun, berkunjung ke Pantai Natsepa belum afdol tanpa mencicipi rujak buahnya yang menggoda selera.
Puas di Pantai Natsepa, bertolaklah ke Pantai Pintu Kota yang terletak di Kecamatan Nusaniwe, sekitar 45 menit perjalanan dari pusat kota.
Pantai ini merupakan salah satu ikon Ambon sekaligus yang paling banyak dikunjungi wisatawan.
SENDY ADITYA SAPUTRA - Pantai Pintu Kota yang dahulunya dijadikan sebagai tanda masuk bagi pedagang yang datang ke Ambon, Maluku.
Hal paling menarik di pantai ini adalah adanya tebing karang raksasa yang menjorok ke laut, dengan lubang besar yang menyerupai pintu.
Itulah mengapa pantai ini disebut 'Pintu Kota'. Karena keindahannya, tebing ini sering menjadi latar foto pre-wedding.
Wisata sejarah
Ambon punya sederet destinasi wisata sejarah, dua yang wajib dikunjungi adalah Benteng Ferangi dan Benteng Amsterdam.
Benteng Ferangi, disebut juga Benteng Victoria atau Benteng Kota Laha dibangun oleh Portugis pada 1575.
Benteng ini dulunya digunakan sebagai salah satu tempat penyimpanan rempah-rempah yang dikumpulkan dari berbagai pelosok Indonesia bagian timur.
Tanpa membayar tiket masuk, Anda bisa menjelajah benteng yang terletak di pusat Kota Ambon ini.
Di dalamnya juga terdapat peta perkembangan Kota Ambon dari masa ke masa.
Sekitar 42 kilometer dari Kota Ambon tepatnya di Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah, terdapat Benteng Amsterdam dibangun pada 1512.
Dari luar, benteng ini tampak seperti rumah biasa yang terdiri dari tiga lantai.
Benteng ini juga memiliki menara pantau yang dulu digunakan untuk memantau kondisi sekitar.
Ini adalah benteng kedua yang didirikan oleh Belanda, sekaligus saksi berkuasanya VOC di Kota Ambon.
Penulis: Sri Anindiati Nursastri