News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Wisata Yogyakarta

5 Candi di Yogyakarta yang Wajib Dikunjungi Wisatawan

Editor: Malvyandie Haryadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Candi Sari

Laporan Wartawan Tribun Jogja, Hamim Thohari

TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Jika berwisata ke Yogyakarta dan Jawa Tengah, mengunjungi candi sering kali dijadikan agenda utama.

Prambanan dan Borobudur adalah dua candi yang paling populer dan dikunjungi di kedua wilayah tersebut.

Sebenarnya selain kedua candi ini, Yogyakarta memiliki masih banyak candi lagi tak kalah indah dan megah.

Berikut adalah lima candi yang wajib anda kunjungi saat berada di Yogyakarta.

1. Candi Ijo

Terletak di ketinggian 375 meter di at­as permukaan laut (Mdpl), Candi Ijo merupakan candi yang letaknya paling tinggi ­di Yogyakarta.

Dari ketinggian itu, suda­h terbayang keindahan panorama perbukitan.

Disebut Candi Ijo karena candi yang dibangun sekitar abad ke-9 itu dibangun di sebuah bukit yang dikenal Bukit Hijau atau Gumuk Ijo.

Penyebutan nama desa Ijo pertama kalinya disebut di dalam Prasasti Poh yang berasal dari tahun 906 Masehi.

Dalam prasati tersebut ditulis tentang seorang hadirin upacara yang berasal dari desa Wuang Hijau.

Jika benar demikian maka nama Ijo setidaknya telah berumur 1100 tahun hingga tahun 2006 yang lalu.

Kompleks candi Ijo merupakan komplek percandian yang berteras-teras yang semakin meninggi ke belakang yakni sisi timur dengan bagian belakang sebagai pusat percandian.

Teras pertama merupa­kan teras berundak yang membujur dari barat ke timur.

Sedangkan bangunan pada te­ras teratas berupa pagar keliling dan de­lapan buah lingga patok.

Di teras terakhir ini pula candi utama b­erdiri lengkap dengan tiga candi perwara.

Pada candi utama terdapat sebuah bilik dengan Lingga-Yoni yang melambangkan Dewa Siwa yang menyatu dengan Dewi Parwati.

Sementara, bagi penyuka wisata alam, candi merupakan tempat yang direkomendasikan.

Dari segala penjuru mata angin, pengunjung dapat menikmati pemandangan alam Y­ogyakarta lengkap dengan hembusan angin yang sepoi-sepoi.

Jika beruntung, pengun­jung dapat melihat pemandangan pesawat terbang yang sedang landing di landasan Bandara Adisutjipto di sebelah barat.

Pan­orama sunset juga menjadi magnet tersendiri bagi pelancong untuk kembali mengunjungi Candi Ijo.

2. Candi Sambisari

Candi Sambisari terletak di Dusun Sambisari, Desa Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta.

Candi ini cukup unik karena terletak 6,5 meter di bawah permukaan tanah.

Posisi candi yang berada di bawah permukaan tanah, diperkirakan oleh para ahli karena tertimbun meterial dari letusan gunung Merapi.

Hal ini terlihat dari banyaknya batu material vulkanik di sekitar candi.

Candi Sambisari adalah candi Hindu yang dibangun sekitar abad 9 Masehi.

Candi ini ditemukan kembali secara tidak sengaja oleh seorang petani ketika sedang mencangkul di area persawahan dan mengenai sebuah batu candi yang berukir pada tahun 1966.

Setelah melalui penelitian ternyata temuan tersebut merupakan bagian kecil dari sebuah gugusan candi yang terpendam hingga kedalaman 6,5 meter di dalam tanah yang merupakan endapan lahar vulkanis Merapi.

Pada bulan September 1966 dilakukan kegiatan penelitian sistematis berupa ekskavasi arkeologis.

Pada tahun 1975 hingga 1977 berhasil ditemukan satu buah bangunan induk dan tiga buah candi perwara (pendamping).

Candi utama yang menghadap ke barat kondisinya relatif utuh, dengan denah berbetuk bujur sangkar berukuran 13,65 x 13,65 meter persegi dengan tinggi 7,5 meter.

Pada sisi luar tubuh candi induk terdapat relung-relung yang ditempati oleh beberapa arca yakni, arca Durga (sisi utara), arca Ganesa ( sisi timur), arca Agastya (sisi selatan).

Menaiki tangga pintu masuk candi induk, anda bisa menjumpai hiasan berupa seekor singa yang berada dalam mulut makara (hewan ajaib dalam mitologi Hindu) yang menganga.

Kompleks Candi sambisari dikelilingi oleh dua lapis pagar.

Halaman luar seluas 50 x 48 m dikelilingi pagar batu rendah, sedangkan halaman dalam dikelilingi pagar batu setebal sekitar 50 cm dengan tinggi sekitar 2 m.

Di masing-masing sisi terdapat pintu masuk tanpa gapura atau hiasan lain.

Candi Sambisari yang berada di sebuah cekungan besar tampak indah terlihat, terlebih ditunjang dengan lingkungan candi yang bersih dan tertata rapi.

Selain bisa mempelajari sejarah, pengunjung juga bisa berfoto-foto dengan latar belakang candi.

3. Candi Barong

Candi Barong adalah candi bercorak Hindu yang terletak di tenggara Kompleks Ratu Boko, Prambanan, Sleman.

Tepatnya di atas perbukitan Batur Agung, Dusun Candisari, Desa Sambirejo, Prambanan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

Dinamakan Candi Barong oleh penduduk setempat karena adanya hiasan kala pada setiap sisi tubuh candi.

Hiasan tersebut menyerupai singa/ barong.

Situs Candi Barong dibangun sekitar abad 9-10 Masehi yang kemudian ditemukan kembali pada abad 20 dalam kondisi runtuh.

Secara aresitektur, Candi Barong memiliki keunikan jika dibanding candi-candi lain di kawasan Prambanan.

Keunikan ini terlihat dari penataanya yakni memusat ke belakang.

Hal ini tidak lazim, karena pada umumnya penataan candi periode Jawa Tengah bersifat memusat ke tengah seperti candi Prambanan dan candi Sewu.

Penataan yang memusat ke belakang ini juga dijumpai di situs candi Ijo yang berada tidak jauh dari candi Barong.

Selain itu, bangunan candi berada di atas struktur punden berundak.

Kompleks candi ini memiliki pintu masuk di sebelah barat, lalu mengantar pada lahan berundak tiga.

Teras pertama dan kedua sudah tidak ditemukan bangunan candi, meskipun terdapat sisa-sisa lantai atau umpak.

Teras kedua merupakan area bukaan yang cukup luas.

Sebelum memasuki teras tertinggi terdapat gerbang paduraksa kecil yang mengapit tangga naik.

Di bagian tertinggi ini terdapat dua buah bangunan candi utama.

Karena berada di area perbukitan, candi Barong memiliki pemandangan yang cukup indah.

Di sisi barat anda bisa menyaksikan landskape wilayah Prambanan.

4. Candi Gebang

Candi Gebang berada di dusun Gebang, Desa Wedomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, DIY.

Berdasarkan data dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Yogyakarta, candi ini ditemukan pada tahun 1936 oleh penduduk sekitar.

Candi ini berada di sebelah barat Stadion Intenasional Maguwoharjo.

Pada saat itu yang pertama kali ditemukan adalah sebuah arca Ganesha.

Berdasarkan penemuan tersebut Jawatan Purbakala saat itu melakukan penelitian dan penggalian dan diketahui bahwa arca tersebut merupakan bagian dari bangunan candi.

Hasil penggalin tersebut menemukan reruntuhan bangunan yang terdiri dari bagian atap candi, sebagian kecil tubuh candi, dan bagian kaki candi.

Berdasarkan penemuan tersebut pada tahun 1937 dilakukan pemugaran yang dipimpin oleh wwarga negara Belanda bernama Van Romondt.

Meskipun letaknya tidak terlalu jauh dari pusat kota, tetapi letaknya yang cukup tersembunyi membuatnya cukup susah ditemukan.

Sesampainya di lokasi candi akan menemukan komplek candi yang tertapi apik dan terawat.

Posisi candi Gebang menghadap timur dengan bentuk bujur sangkar dengan ukuran 5,25 x 5,25 meter dengan tinggi 7,75 meter.

Masih berdasarkan data dari BPCB Yogyakarta tidak ada relief yang menghiasi bagian kaki candi.

Pintu masuk ke ruangan dalam tubuh candi terletak di sisi timur.

Di dalam bangunan candi terdapa sebuah yoni.

Di kanan kiri pintu masuk terdapat relung tempat arca.

Di relung utara terdapat arca Nandiswara sedangkan relung selatan dalam keadaan kosong.

5. Candi Sari

Secara administratif candi Sari terletak di Desa Bendan, Kelurahan Tirtamartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

Diperkiraan candi ini dibangun pada abad ke- 8 masehi hampir bersamaan dengan masa pembangunan Candi Kalasan.

Hal tersebut didasarkan pada beberapa persamaan baik dari segi arsitektur maupun relief di kedua candi.

Candi Sari merupakan salah satu candi yang unik dari sisi arsitektur, yakni menampakan bangunan bertingkat.

Candi ini kembali ditemukan dalam kondisi rusak yang cukup parah pada tahun 1840.

Pada tahun 1929 Candi Sari untuk pertama kalinya dipugar meski dalam kondisi tidak sempurna.

Pada pemumgaran pertama tersebut bagian selasar sekeliling bangunan, bagian pada pintu masuk, serta stupa atap tidak terpasang utuh karen sisa-sisanya telah hilang.

Candi Sari memiliki bentuk persegi panjang dengan ukuran 17,3 x 10 meter dengn konstruksi bertingkat.

Tinggi keseluruhan candi dari permukaan tanah sampai puncak stupa adalah 17 - 18 meter.

Candi Sari diperkirakan bangunan bertingkat dua atau bahkan tiga.

Lantai atas dulunya digunakan untuk menyimpan barang-barang untuk kepentingan keagamaan, sedangkan lantai bawah dipergunakan untuk kegiatan keagamaan, seperti belajar-mengajar, berdiskusi, dan kegiatan lainya.

Pada dinding luar candi dipahatkan relief-relief Bodhisatwa sejumlah 38 buah, yakni 8 di sisi timur, 8 sisi selatan, dan 14 sisi barat.

Relief-relief tersebut digambarkan berdiri dengan memegang bunha teratai.

Sedangkan pada sisi kanan dan kiri masing-masing jendel dipahatkan mahkluk kayangan berwujud kinara dan kinari yakni mahluk bertubuh burung dengan kepala manusia.

Atap candi berbentuk persegi datar dengan hiasan tiga buah relung di masing-masing sisi.

Bingkai relung juga dihiasi dengan pahatan sulur-suluran dan di atas ambang relung juga dihiasi dengan Kalamakara.

Puncak candi berupa deretan stupa, yang terdiri atas sebuah stupa di setiap sudut dan sebuah di pertengahan sisi atap. (*)

*Credit Foto: Tribun Jogja/Hamim Thohari

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini