TRIBUNNEWS.COM - Saat pesawat akan tinggal landas maupun mendarat, awak kabin akan menginstruksikan penumpang untuk menegakkan posisi bangku. Mengapa ada instruksi demikian?
Humas Indonesia National Air Transport Association (INACA) Benny Siga Butarbutar mengatakan, posisi bangku yang tegak semata-mata untuk kepentingan keamanan penumpang.
Dengan posisi bangku yang tegak, reaksi gerakan jika terjadi keadaan darurat akan lebih cepat.
"Take off (tinggal landas) dan landing (mendarat) itu kan merupakan situasi kritis dalam penerbangan. Diperlukan posisi badan yang tegak. Kalau posisi bangku tidak tegak dan sudut terlalu ke belakang, penumpang akan sulit bereaksi ketika terjadi guncangan," kata Benny, Senin (11/4/2016) malam.
Laki-laki yang juga menjabat Vice President Corporate Communication Garuda Indonesia ini menambahkan, ketika posisi bangku dan badan tegak akan menimbulkan tingkat efek kesadaran yang maksimal dan prima.
Kondisi itu, menurut Benny karena seluruh anggota badan bisa menopang dan aliran darah bisa lebih lancar ketika badan tegak.
Posisi badan dan bangku yang tegak tak hanya berguna untuk reaksi pribadi masing-masing penumpang pesawat. Hal tersebut juga berguna bagi keselamatan penumpang lain.
"Kalau terjadi guncangan, kepala akan bergerak ke depan. Saat bangku tidak dalam posisi tegak akan membahayakan penumpang di belakangnya," ungkapnya.
Benny juga menyebut posisi ini telah ditentukan berdasarkan penelitian yang dilakukan di dunia penerbangan. Posisi bangku yang tegak tersebut juga berlaku di semua penerbangan di dunia.
Saat kritis dalam penerbangan adalah badai, guncangan karena landingdan take off, pendaratan darurat, dan situasi-situasi darurat.
Pada saat kritis tersebut, awak kabin juga akan menginstruksikan penumpang untuk membuka penutup kaca jendela. (Wahyu Adityo/ kompas.com )