Laporan Wartawan Tribun Bali, Ayu Dessy Wulansari
TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - Mencari masakan lokal dengan rasa yang menggugah selera bisa berkunjung ke Warung Men Runtu.
Lokasinya berada di Jalan Sekuta No 32C, Sanur, Denpasar, Bali.
Warung yang dibuka sejak 1 Juni 2015 menjadi tujuan bagi warga yang suka menikmati masakan lokal khas Bali.
Warung Men Runtu memiliki suasana seperti warung kebanyakan.
Sederhana dan tanpa banyak dekorasi yang menghiasi ruangan.
Namun warung ini menyuguhkan hidangan yang selalu dicari oleh orang-orang karena rasanya yang nikmat.
“Makanan Bali itu nggak ada bosannya. Setiap harinya pasti selalu ada saja pengunjung. Selain itu gampang untuk membuat makanan juga lebih gampang dicari,” ujar pemilik Warung Men Runtu, Ida Ayu Kade Wisakha Dewi kepada Tribun Bali beberapa waktu lalu.
Rujak bulung boni. (Tribun Bali/Ayu Dessy)
Di warung yang buka dari pukul 12.00-19.00 Wita, pengunjung bisa menikmati aneka kudapan Bali yang benar-benar khas dan jarang ditemukan di daerah luar Bali.
Rujak kuah pindang, bulung boni, tipat plecing, merupakan sebagian hidangan yang disajikan di Warung Men Runtu.
Membahas rujak kuah pindang, bisa dikatakan rujak ini memang sangat unik dan amat populer bagi warga Bali.
Rujak dari perpaduan kaldu ikan dan buah segar ini mampu membuat orang-orang menahan ludah.
Belum lagi aroma dari terasi bakar dengan tambahan gula dan cabai sungguh terasa menggoda.
“Kuah pindangnya saya dapat dari langganan dan dia yang membuatnya. Karena kalau bikin kuah pindang itu memerlukan banyak ikan. Saya pernah bikin pakai dua kilo ikan tapi tetap tidak terasa. Jadi saya pesan dari langganan dan rasanya cocok,” kata wanita yang disapa Gek Sakha itu.
Tribun Bali/Ayu Dessy
Kualitas dari kuah pindang yang mampu membuat rujak ini terasa istimewa.
Bagaimana menghasilkan kuah dari ikan agar tidak terasa amis, tetapi gurih dengan rasa asin yang khas.
Rujak kuah pindang bisa digabung dengan berbagai buah.
Buah yang favorit seperti mangga muda, bengkuang, kedondong, dan sebagainya.
Selain rujak kuah pindang, jangan lewatkan untuk mencoba rujak bulung boni.
Bulung boni adalah sebutan untuk rumput laut.
Bulung boni sangat nikmat dijadikan rujak dan ditambah dengan kuah pindang.
Gek Sakha menuturkan, bulung boni ia dapatkan setiap hari sehingga kondisinya tetap fresh.
“Bulung boni kita beli yang segar lalu dicuci sampai bersih. Bumbunya gampang banget. Cuma kelapa, lengkuas, cabai, terasi, jeruk limau, dan kuah pindang,” jelasnya.
Bulung boni bentuknya seperti ranting cemara, bergerigi di bagian luarnya tapi berukuran kecil sepanjang jari tangan.
Yang membuat rasa dari rujak bulung boni spesial adalah pemakaian parutan kelapa yang dibakar atau dipanggang.
Lalu ditambahkan dengan bahan lainnya dan terakihir disiram dengan kuah pindang.
Aroma wangi dari parutan kelapa, lengkuas, dan jeruk limau siap memanjakan indera penciuman dan membuai lidah bagi yang mencicipinya.
Tekstur dari bulung boni ini terasa kenyal-kenyal dan lembut.
Rasanya sangat gurih dan pengunjung bisa memesan berapa cabai yang diinginkan.
Meski warung sederhana dengan kapasitas sekitar 30 orang saja, Warung Men Runtu selalu dikunjungi pecinta kudapan khas Bali ini.
Pengunjung tidak hanya orang dewasa dan lebih didominasi oleh remaja.
Satu di antaranya Putri Ruby yang sedang menikmati rujak di warung ini.
“Dalam seminggu bisa lima kali datang ke sini sama teman. Favorit makanan di sini itu rujak bulung boni. Rasanya pedas dan enak banget, pengin bikin nambah lagi dan lagi. Selain rujak bulung boni, suka juga sama rujak kuah pindang. Harga dan rasa sangat worth it,” kata gadis berusia 15 tahun itu. (*)
Info Harga:
Rujak Kuah Pindang : Rp 6K
Rujak Gula Pasir/ Bali : Rp 7K
Rujak Tabie : Rp 8K
Rujak Poh Bulung Boni : Rp 8K
Bulung Boni/ Putih : Rp 7K