TRIBUNNEWS.COM, MALANG - Tak sulit menemukan satu di antara foodtruck di Kota Malang ini. Yakni, Volks Waffles. Belum ada setahun juga Volks Waffles ini dikelola oleh dua sejoli. Anisa Rachmawardani (23) dan Kurniandy Wicaksono.
Keduanya masih kuliah di Universitas Brawijaya (UB) namun di jurusan yang berbeda. Tepatnya bulan Juli 2015 Anisa mulai membuka usaha waffles.
Sebelumnya, mobil Volks Wagen tahun 90 an berwarna krem milik Kurniandy ini sudah tersedia sejak beberapa tahun lalu. Anisa mulai berfikiran, untuk memiliki usaha dnegan mobil itu.
Saat itu memang ia melihat di Kota Malang masih jarang yangberjualan menggunakan kendaraan yang bisa mobile. Terlintaslah dibenak dia untuk membuka usaha waffles.
Waffles yang ia jual ini murni buatan Anisa sendiri. Mulai dari meracik bahan-bahan mentah, hingga waffles siap dihidangkan. Anisa memanfaatkan saudaranya yang sudah pernah mencicipi dan membuat waffles langsung dari Belgia untuk membantu memberikan resep rahasia.
Dari situ, waffles yang dijual ialah waffles Belgian. Muali dari pilihan rasa dan topping. “Waffles Belgian kan ada wip krimnya Wipping itu juga saya buat sendiri.
Tetapi waffles dengan topping wip krim tidak bertahan lama, karena kurang cocok dilidah customer,” ujar dia saat ditemui di tempat Volks Waffles mangkal tepatnya di Jalan Semeru. Dengan begitu, lanjut dia, topping waffles ia ganti dengan berbagai pilihan topping yang mudah diterima oleh lidah Indonesia. Seperti pisang, buah-buahan, choko chip, oreo, dan masih banyak lagi.
Pertama kali buka, mereka memiliki modal sekitar Rp 40 juta terlepas dari mobil VW. Berjalan hampir setahun, setiap bulannya mereka mendapatkan omset sekitar Rp 3 hingga 5 juta. Meski mereka menargetkan omset sekitar Rp 30 juta perbulan. Tetapi, kalau ramai, sehari saja bisa mencapai Rp 1 juta.
Dua mahasiswa Unibraw Malang ini kreatif berbisnis kuliner dengan mobil Volkswagen tua tahun 1990-an. (SURYA/ HAYU YUDA PRABOWO)
Bahan-bahan yang mereka perlukan memang tak cukup banyak, seperti topping, lalu kompor, serta yang lainnya. Untuk waffles satu porsi dijual sekitar harga Rp 15 sampai 27 ribu. Tergantung topping. Ada sekiranya 4 karyawan yang membantu memasak dan melayani penjualan waffles.
“Untuk yang paling mahal memang yang menu beef waffle. Karena mirip burger hanya saja rotinya pakai waffles yang dipanggang. Dan ini juga termasuk menu favorit,” imbuh mahasiswa jurusan Teknik Pengairan semester akhir itu.
Volks Waffles juga pernah diikutkan dalam kegiatan Volks Wagen Festival di Jogjakarta sekitar November 2015. Saat itu, Annisa mengenalkan makanan waffles di Jogjakarta. Memang masih banyak yang belum tahu makanan waffles.
Melalui pantauan Surya, lokasi Volks Waffles memang ramai, dan kebanyakan memamang kalangan mahasiswa dan remaja SMA yang datang dan makan di kedai Volks Waffles. Ke depanya Anisa ingin makanan waffles yang sering dimakan saat breakfast di luar negeri ini, lebih dikenal bukan hanya kalangan tertentu saja.
Terasa renyah dan empuk memang waffles ini saat dicicipi. Saat dihidangkan, dengan taburan gula halus warna putih dan siraman bubuk cokelat lalu dengan pelengkap potongan buah jeruk yang ditaruh di atas meja kayu, cukup mewakili rasa waffles Belgian yang katanya memang renyah.
Porsi yang diberikan juga tak terlalu besar. Sekiranya cukup untuk mengganjal perut sepulang kuliah atau sepulang kerja. Tak hanya waffles saaja, ada minuman seperti ice chocholate yang cocok untuk menemani hidangan waffles.
Karena waffles ini dijual dengan mobil VW, Anisa berharap ia bisa buka cabang kedua. Satu menjual di gerai atau toko di Mall, dan satunya tetap menggunakan mobil VW. Sehingga suatu ketika ada event, hanya yang dijual menggunakan VW saja yang bergerak.
“Karena repotnya kalau pas ada event. Kami harus membawa semua perlengkapan termasuk genset untuk stay di acara itu. Nah ada yang nyariin juga kalau nggak ada ditempat biasanya jual. Jadi maunya mobil ini khusus untuk kalau ada event,” ungkapnya. Sampai saat ini Volks Waffles buka setiap hari kecuali hari Kamis, mulai pukul 15.00 hingga pukul 23.00.