Laporan Wartawan Tribun Jogja, Hamim Thohari
TRIBUNNEWS.COM, YOGYA - Cilok, jajanan bulat nan kenyal ini siapa yang tidak kenal?
Camilan yang berasal dari Jawa Barat ini begitu mudah ditemukan hampir di setiap kota besar di Indonesia, tak terkecuali Yogyakarta.
Di kota pelajar ini, mulai dari sekolah, pusat keramaian, dapat anda temukan orang yang berjualan cilok. Tetapi ada satu cilok di Yogyakarta yang sangat terkenal, yakni cilok Gajahan.
Menempati salah satu sudut di kawasan Alun-Alun Selatan Yogyakarta yang dikenal dengan nama area Gajahan (karena dulu adalah bekas kandang gajah milik keraton Yogyakarta) cilok ini selalu ramai dikerubuti pembeli.
Cilok Gajahan di Jogja sedang dalam proses diracik dan dimasak (TRIBUN JOGJA/ HAMIM THOHARI)
Saking ramainya, hanya butuh waktu dua jam untuk cilok ini habis terjual.
Adalah Syahrul, bapak dua orang anak yang sejak delapan tahun terakhir berjualan cilok. "Dulu saya pertama kali jualan cilok dengan cara berkeliling ke sekolah-sekolah. Setelah berjalan tiga tahun, akhirnya jualan di Alun-Alun Selatan," ujarnya.
Awal berjualan, Syahrul hanya menghabiskan sekitar 2 kilogram tepung tapioka. Tetapi saat ini paling tidak dalam sehari 30 kilogram tepung tapioka diolahnya menjadi cilok.
Menjaga kualitas rasa, adalah hal yang membuat orang rela antri panjang untuk mendapatkan cilok Gajahan, meskipun di Alun-Alun Selatan juga banyak yang berjualan makanan sejenis.
Dijelaskan Syahrul, selain tepung tapioka, bahan-bahan lain yang digunakan untuk membuat cilok adalah tepung terigu, beberapa bumbu rempah seperti bawang merah, bawang putih. Selain itu ada juga daging sapi yang menjadi isian cilok.
Cilok Gajahan setengah matang (TRIBUN JOGJA/ HAMIM THOHARI)
Karena produksinya sudah besar, saat ini untuk mengaduk semua bahan baku sudah menggunakan mesin.
"Tepun tapioka, tepung terigu, dan bumbu-bumbu diaduk menggunakan mesin dengan tambahan air panas," jelasnya. Setelah semua bahan tercampur, kemudian adonan dibentuk bulat-bulat dan di dalamnya diberi potongan daging sapi.
Cilok yang sudah dibentuk langsung direbus kurang lebih 5 menit, kemudian diangkat dan ditiriskan. Cilok-cilok tersebut akan dikukus lagi sebelum dijual ke para pelanggan.
Yang juga membuat spesial dari cilok Gajahan ini adalah racikan sambalnya. Dijelaskan Syahrul, untuk membuat sambal yang mantap, dia hanya menggunakan cabai rawit segar, bawang merah, bawang putih dan beberapa bumbu lainnya.
Dalam sehari paling tidak empat kilogram cabai rawit habis untuk membuat sambal. Saat mencicipi cilok yang satu ini, rasanya yang gurih sanagt pas dengan sambalnya yang segar dan pedasnya menyambar. Maka tak heran siapa pun akan rela antri mendapatkannya.
Cilok Gajahan dari Jogja (TRIBUN JOGJA/ HAMIM THOHARI)
"Selain sambal cilok ini juga disajikan dengan kecap. Untuk kecap pun saya menggunakan yang kualitasnya bagus, meski harganya mahal," kata Syahrul.
Konsistensi menjaga kualitas rasa menghasilkan pendapatan yang lumayan besar. Dalam sehari omzet yang didapatkannya hingga mencapai Rp.1,5 juta.
Selain menjual cilok di Alun-Alun Selatan, istrinya juga berjualan di rumah mereka yang berada di Kampung Kadipaten Kulon KP 1, no. 270, RT 16/ RW O2, Keluragan Kadipaten, Kecamatan Keraton, Kota Yogyakarta.(*)