TRIBUNNEWS.COM, MARTAPURA - Mendengar nama Riam Kanan, bagi warga Kalimantan Selatan sudah tak asing lagi.
Di tempat ini ada Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Ir Pangeran Mochamad Noor atau yang lebih popular dengan nama Waduk Riam Kanan.
Nah, tak jauh dari waduk ini, ada sebuah danau wisata bernama Danau Wisata Riam Kanan.
Danau luas ini selalu ramai dikunjungi wisatawan, khususnya di akhir pekan.
Ingin ke danau ini, Anda harus berkendara beberapa menit ke pelabuhan kelotok yang berada di Jalan Ir Pangeran Mochamad Noor, Desa Tiwingan Baru, Kecamatan Aranio, Martapura, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.
Posisinya agak ke bawah sedikit dari kantor Waduk Riam Kanan tadi.
Di sana ada pelabuhan kecil bernama Pelabuhan Tiwingan Baru.
Danau yang airnya berwarna hijau ini menawarkan pemandangan alam yang indah.
Danau tersebut dikelilingi perbukitan dan banyak desa yang menawarkan panorama alam yang asri.
Suasana tenang sangat terasa, ditambah dengan pemandangan alam di sekitarnya, pepohonan hijau yang rimbun tampak mendominasi tepian danau serta perbukitan yang mengelilinginya.
Di tengah-tengah danau, sesekali tampak pondok-pondok kayu terapung yang di sekitarnya ada jala-jala nelayan setempat.
Mereka rupanya di waktu-waktu tertentu menebar jala untuk menangkap ikan yang hidup di danau ini.
Semilir angin berhembus, menambah kesan damainya kehidupan warga setempat.
Di pelabuhan tersebut, ada banyak perahu bermotor atau biasa disebut kelotok yang siap mengantarkan para wisatawan mengarungi danau tersebut.
Danau ini bukanlah danau yang terbentuk secara alami, tetapi buatan.
Danau Wisata Riam Kanan di Kalimantan Selatan (BANJARMASIN POST/ YAYU FATHILAL)
Konon, dulu danau ini adalah desa yang sengaja ditenggelamkan demi membuat waduk tersebut.
Menurut sejarahnya, proses pembuatan danau dan waduk ini dimulai pada 1958 silam, diprakarsai oleh Ir Pangeran Mochamad Noor yang merupakan Gubernur pertama Kalimantan Selatan dan mantan Menteri Pekerjaan Umum di era pemerintahan Presiden Soekarno.
Waduk tersebut diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 1973.
Menurut seorang motoris kelotok setempat, Hasbi, dulu ada dua desa yang ditenggelamkan tersebut.
“Kejadian itu sudah puluhan tahun lalu. Menurut cerita orang-orang tua di kampung saya, desanya ada dua. Ditenggelamkan, airnya ya dari sungai Riam Kanan itu. Penduduknya lalu banyak yang mengungsi ke berbagai daerah, kemudian terciptalah banyak desa di sini,” ujar warga Desa Tiwingan Baru ini.
Danau ini berada di wilayah Kecamatan Aranio.
Awalnya, di kecamatan ini ada dua desa tersebut.
Karena ditenggelamkan, akhirnya penduduknya menyebar dan terpecahlah dua desa itu menjadi 13 desa yang ada sekarang mengelilingi danau tersebut.
Di antaranya ada Desa Tiwingan Lama, Tiwingan Baru, Liang Toman, Kalaan, Banua Riam, Bunglai, Bukit Batas, Apuai, Rantau Bujur, Balangian dan lain-lain.
Kondisi alam pedesaan tersebut didominasi perbukitan nan hijau, mengelilingi danau tersebut.
Tak heran jika kemudian pemandangan seperti ini bisa menambah suasana tenang dan syahdu berwisata di danau tersebut.
Apalagi riak airnya tenang dan jernih kehijauan.
Kalau wisatawan mau berenang atau menyelam di danau ini kira-kira bisa nggak ya?
Ternyata bisa sekali.
“Terkadang ada kok wisatawan yang berenang atau menyelam di sini, tetapi harus memakai pengaman dan alat khusus. Biasanya mereka bawa sendiri. Kalau berenang tanpa pengaman di sini susah soalnya dalam sekali. Maklum saja, karena dulunya desa yang ditenggelamkan itu kan letaknya di lembah perbukitan,” katanya.
Kalau mau menyelam, penduduk sekitar tak menyediakan peralatannya, sebab biasanya kebanyakan turis kemari hanya ingin bersantai di kelotok menyusuri danau atau berkunjung ke desa-desa di sekitarnya untuk mendaki bukit-bukitnya dan berkemah di sana.
Jika menyelam, katanya, tak ada pemandangan bawah air yang memesona di sana.
Maklum saja, bawahnya adalah bekas desa.
Danau Wisata Riam Kanan di Kalsel.
Namun menariknya, ternyata ada mitos yang cukup legendaris tersembunyi di bawah danau tersebut.
Konon, zaman dulu, saat desa-desa yang ditenggelamkan itu masih ada, ada sepasang batu besar yang ajaib berada di desa tersebut.
Sepasang batu itu disebut ajaib karena posisinya yang bertangkup yang bisa membuka menutup sendiri, tak ada yang menggerakkannya.
“Kabarnya batunya bergerak sendiri, buka tutup sendiri kalau cuaca sedang panas atau hujan. Nggak tahu kenapa bisa begitu, mungkin ada kekuatan alam di batu itu. Konon ukurannya cukup besar,” lanjutnya.
Tak ada satu pun penduduk desa setempat yang bisa menghentikan gerakan batu tersebut.
Akhirnya, yang bisa menghentikannya adalah seorang habib sakti yang melemparkan sebuah batu kecil ke batu bertangkup itu.
Setelah itu, barulah batu itu berhenti bergerak sendiri.
“Sampai sekarang, batu itu masih ada di bawah danau ini. Setelah ditenggelamkan, tak ada lagi terdengar kisah tentang batu itu,” ungkapnya.
Seorang pengunjung, Lisa, berwisata ke danau ini bersama beberapa orang temannya.
Dia dan teman-temannya menyewa kelotok untuk menyusuri danau ini senilai Rp 350 ribu.
“Sudah pernah ke sini beberapa kali. Seru aja sama teman-teman, santai dulu di akhir pekan,” ujarnya.
Menurutnya, jika kemari membawa keluarga juga tak masalah.
Pemandangan alamnya yang indah dan arus airnya yang tenang, membuat wisatawan tenang menyusuri danau ini.
Di sekitar dermaga kelotok dekat danau ini, disediakan area parkir yang tak terlalu luas.
Wisatawan bisa memarkir kendaraan mereka di atas atau di bawah turunan jalan dekat dermaga.
Untuk mobil, diparkir di atas dan bawah tanjakan, sementara sepeda motor di bawah dekat tanjakan dan dermaga.
Tarifnya cukup murah, yaitu Rp 5.000 untuk sepeda motor dan Rp 15 ribu untuk mobil selama seharian penuh.
Menuju danau ini, Anda harus menempuh perjalanan darat selama sekitar dua jam dengan jarak tempuh antara 60-70 kilometer.
Dari Banjarmasin, memasuki perbatasan Kota Banjarbaru dan Martapura, ada tugu perempatan di Jalan Ahmad Yani km 36, ambil saja jalan lurus masuk ke Jalan Ir Pangeran Moch Noor.
Dari situ, lurus saja berkendara sekitar 10 kilometer, ada pertigaan, ambil ke kanan ke arah Riam Kanan.
Setelah itu lurus saja berkendara sekitar 20-30 kilometer hingga bertemu kantor Waduk PLTA Riam Kanan.
Dari situ, Anda harus berkendara lagi sekitar beberapa menit ke bawah menuju dermaga danau tersebut.
Tak ada transportasi umum menuju tempat ini, makanya kebanyakan wisatawan kemari menggunakan kendaraan pribadi.
Sepanjang perjalanan dari perbatasan Banjarbaru-Martapura, Anda akan disuguhi pemandangan alam berupa perkampungan, hutan, sawah dan perbukitan dengan jalannya yang berkelok-kelok, turun naik dengan beberapa tanjakan dan turunan.
Udaranya pun terasa sejuk dan berangin. (Yayu Fathilal)