TRIBUNNEWS.COM - Setelah resmi tayang perdana di Yogyakarta, film Ada Apa Dengan Cinta? 2 (AADC? 2) pada Sabtu (23/4/2016), penikmat film tentu akan penasaran dengan setting lokasi film tersebut.
Hampir 70 persen proses syuting berlokasi di kota budaya ini.
Syuting dilakukan di pasar tradisional, bangunan bersejarah, padepokan seni, kedai kopi, hingga sebuah restoran modern.
Salah satu tempat yang menjadi latar pengambilan film AADC? 2 adalah Gumuk Pasir Parangkusumo yang terletak di selatan Yogyakarta.
Gumuk pasir tersebut itu biasa tempat penggiat fotografi untuk "hunting" foto-foto berlatarkan padang pasir, berfoto "pre-wedding" hingga berseluncur di pasir atau yang biasa dikenal dengan istilah "sandboarding".
Wisatawan mengunjungi obyek wisata gumuk pasir Parangkusumo, Kecamatan Kretek, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Minggu (23/8/2015). Sebagian wisatawan memanfaatkan gumuk pasir untuk melakukan permainan sandboarding. (Kompas/ Wahyu Adityo)
Satu sudut yang bisa menjadi pilihan untuk berwisata di Gumuk Pasir Parangkusumo ada sisi yang membentuk cekungan sehingga bisa diseluncuri.
Masing-masing cekungan memiliki sudut elevasi dan panjang lintasan seluncur yang berbeda.
Gumuk pasir ini tercipta karena proses eolian, yaitu proses angin yang menerbangkan pasir dari laut sehingga membentuk hamparan padang pasir.
Penggagas Komunitas Sandboarding Yogyakarta, Sidik Utomo sempat mengatakan, bentang alam gumuk pasir yang ada di Parangkusumo ini memiliki keunikan tersendiri dan hanya ada satu-satunya di Asia Tenggara.
Pasir-pasir yang terkumpul itu yang kemudian membentuk gunungan atau gumuk di Pantai Parangtritis dan Parangkusumo lalu menjadi inspirasi Komunitas Sandboarding Yogyakarta untuk berseluncur di Gumuk Pasir Parangkusumo sebagai kategori petualangan yang terbilang anyar di Indonesia.
Saat menuruni gumuk pasir, bersiaplah jantung berdegup kencang karena adrenalin terpacu. Namun, salah satu pemandu wisatasandboarding yang juga bergabung ke dalam Komunitas Sandboarding Yogyakarta serta anggota Mapagama Universitas Gajah Mada (UGM) Muhammad Fadil Ramadhan mengatakan, atraksi wisata ini tergolong tidak ekstrem dan relatif aman bagi kalangan muda dan tua.
Bermain di area pasir, tentu anggota badan menjadi kotor karena pasir tapi bukan berarti jadi merasa takut. Di dekat area selancar terdapat warung makan yang juga menyediakan toilet umum serta makanan dan minuman jika perut terasa lapar setelah bermain pasir.
Wisatawan yang hendak mencoba sandboarding dikenakan biaya Rp 125.000, sudah termasuk pemandu dan perlengkapan seperti helm,hand protector, dan knee protector jika mengambil paket bersama Mapagama UGM. Gumuk pasir Parangkusumo terletak sekitar 40 kilometer dari Malioboro, Yogyakarta.
Tak ingin bertualang di padang pasir Parangkusumo, bisa juga sekadar bersantai-santi dan mendokumentasikan kegiatan seluncur pasir.
Dari puncak gumuk pasir, memandang ke arah selatan, wisatawan dapat melihat bentang alam berupa gumuk pasir, jalan desa, pemukiman penduduk, dan juga Pantai Parangkusumo di kejauhan. Pohon-pohon kelapa juga terlihat tumbuh di sepanjang garis pantai.
Satu momen yang jangan dilewatkan adalah menikmati momen senja di Gumuk Pasir Parangkusumo. Dari gumuk pasir, wisatawan dapat melihat pemandangan Pantai Parangkusumo dan juga menikmati matahari tenggelam.
Fenomena gradasi warna langit perlahan berubah dari biru menjadi kemerahan. Padang pasir yang menghampar luas berubah menjadi siluet hitam di layar kamera. Itulah yang akan terlihat dari Parangkusumo. (Kompas.com/ Wahyu Adityo)