"Warna yang berminat harus sudah menyiapkan lahan yang clear and clean. Mereka dimodali homestay dengan biaya 150 juta, uang muka 1%, angkanya cuma Rp 1,5 juta. Bunganya 5%, dicicil selama 20 tahun fix, sehingga per bulannya hanya Rp 800 ribuan.
"Saya yakin omzet mereka dengan cicilan segitu tidak terlalu sulit," papar Arief yang memberi syarat desain architecture-nya harus bernuansa daerah," jelas Arief Yahya.
Selain itu juga program toilet, dengan skema bisnis yang sama. Masyarakat bisa mengelola sendiri toilet bersih itu, menjadi pendapatan rutin yang sustainable.
"Saya sudah menghitung, kalau cicilan segitu, sangat mampu dan cepat lunas. Setelah itu mereka sudah memiliki penghasilan dari jasa toilet itu," paparnya.
Arief Yahya menyadari, hampir semua objek wisata di tanah air ini krisis toilet bersih. Apalagi kawasan wisata yang toiletnya ditangani Pemda, sudah hampir pasti bau dan mushalanya apek.
"Maaf ya, saya malu, toilet kita memprihatinkan di mana-mana. Padahal, memperbaiki healty and hygiene itu sudah bisa mengatrol posisi Indonesia dalam competitiveness index yang dikeluarkan World Economic Forum," jelas lulusan Elektro ITB, Lalu Surrey University Inggris dan Program Doktoral Unpad Bandung itu