TRIBUNNEWS.COM, UNGARAN - Rawapening adalah danau alam di Kabupaten Semarang dengan luas 2.670 hektare.
Letaknya di cekungan terendah lereng Gunung Merbabu, Gunung Telomoyo, dan Gunung Ungaran.
A photo posted by @damnnar on May 3, 2016 at 6:11am PDT
Menurut legenda, Rawapening terbentuk dari muntahan air yang mengalir dari bekas cabutan lidi yang dilakukan oleh Baruklinting.
Baruklinting adalah jelmaan ular yang berubah menjadi anak kecil yang penuh luka dan berbau amis sehingga tidak diterima masyarakat.
Kisah terjadinya Rawapening inilah yang akan dipentaskan kontingen dari Kabupaten Semarang di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta pada 22 Mei 2016 mendatang.
"Kami akan menampilkan seni drama tari (sendratari) berjudul 'Dumadining Rawapening (Terjadinya Rawapening)'," kata Kepala Disporapar Kabupaten Semarang, Partono, Selasa (3/5/2016).
Menurut Partono, pentas tersebut merupakan kegiatan rutin tahunan yang diselenggarakan di Anjungan Jawa Tengah, TMII.
Sendratari Dumadining Rawapening akan dipentaskan oleh para siswa Tarunatama, Getasan dalam durasi 90 menit.
Sedikitnya ada 40 pemain dan 10 penabuh gamelan yang terlibat dalam pentas tersebut.
Cerita Rawapening sengaja diangkat dalam pentas kali kini lantaran keberadaannya sebagai ikon Kabupaten Semarang.
"Termasuk budaya luhung Kabupaten Semarang yang memang layak untuk dipentaskan di sana," ucapnya.
Bagi para pengunjung, selain dapat melihat visual dari legenda Rawapening ini, Pemkab Semarang juga akan menyuguhkan berbagai kuliner khas dari Bumi Serasi.
Rencananya, pementasan sendratari "Dumadining Rawapening" ini juga akan dihadiri oleh Bupati dan Wakil Bupati Semarang serta warga Kabupaten Semarang yang ada di Jakarta dan sekitarnya.
"Selain bertujuan mempromosikan wisata, sekaligus sebagai pengobat rasa kangen warga asal Kabupaten Semarang yang ada di Ibu Kota," imbuh Partono.
Saat ini, Danau Rawapening menjadi pusat perhatian karena mengalami pendangkalan yang pesat.
Dulu Rawapening merupakan tempat penangkapan ikan yang produktif, tapi kini populasi ikan juga berkurang karena dua pertiga permukaan rawa ini tertutup eceng gondok.
Usaha mengatasi gulma ini dilakukan dengan melakukan pembersihan serta pemanfaatan eceng gondok sebagai bahan baku kerajinan, namun hal itu belum berdampak signifikan karena tekanan populasi tumbuhan ini sangat tinggi.
Kompas.com/Syahrul Munir