Laporan Wartawan Serambi Indonesia, Masyitah Rivani/ Nurul Hayati
TRIBUNNEWS.COM, ACEH - Ribuan warga sesaki Blang Padang, Banda Aceh, Selasa (10/5) pada malam pembukaan Aceh Culinary Festival 2016 dan Banda Aceh Internasional Coffee Festival 2016 yang diadakan selama tiga hari 10-12 Mei.
Apam, serabi khas Aceh. (Serambi Indonesia/Anshar)
Aceh Culinary Festival 2016 dan Banda Aceh Internasional Coffee Festival 2016 dibuka oleh Senior Advisor to The Minister for Maritime Kementerian Pariwisata Indonesia, Syamsul Lussa.
Syamsul Lussa mengatakan dua kegiatan bertaraf internasional ini diharapkan akan lebih mempopulerkan budaya Aceh, seperti budaya minum kopi yang kuat di Kota Banda Aceh dan memperkenalkan kuliner Aceh yang kaya cita rasa.
"Acara ini kita harapkan dapat meningkatkan jumlah wisatawan mancanegara dan nusantara yang datang ke Banda Aceh. Hal ini juga membantu program Pesona Indonesia dalam rangka pencapaian target wisman dan wisatawan nusantara," ujar Syamsul.
Pembukaan festival tersebut juga dimeriahkan tarian kolaborasi Bali dan Aceh.
Tari ini bercerita tentang kejayaan Laksamana Malahayati pada zamannya.
Wali Kota Banda Aceh, Illiza Sa'aduddin Djamal mengatakan, dukungan Pemerintah Pusat melalui Kemenpar sangatlah tepat dalam upaya mengangkat budaya minum kopi sebagai salah satu daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke Banda Aceh.
Serambi Indonesia/Nurul Hayati
"Pemko menonjolkan dua jenis kopi asal Aceh yang sudah cukup mahsyur yakni kopi Gayo dengan jenis Arabika dan kopi jenis Robusta," ujar Illiza.
Disebutkan, Banda Aceh Internasional Coffee Festival 2016 ini diisi oleh 25 stand terdiri atas stand kopi tradisi, tradisional coffee brewer.
Seribu Apam Pecahkan Rekor Muri
Pada pembukaan festival ini juga dimeriahkan dengan kegiatan membakar seribu apam (yang melibatkan seribuan masyarakat umum yang berkumpul dan bersama-sama memasak apam serta dilanjutkan dengan kenduri apam.
"Partisipasi generasi muda dalam pernyataan budaya dan tradisi kekayaan kuliner Aceh ini sangat besar. Beberapa komunitas telah menyatakan kesediaanya untuk berpartisipasi dalam acara ini,” ujar Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Reza Pahlevi.
Festival Kuliner ini akan dibuka selama tiga hari sampai dengan tanggal 12 Mei 2016, dimulai pukul 10 pagi sampai dengan 10 malam.
Para peserta adalah para pengusaha kuliner seperti restaurant, rumah makan, cafe, street food dan juga industri rumah tangga.
Para pencinta kuliner dan praktisi pendidikan juga ikut ambil bagian dalam acara yang bertema ‘melestarikan tradisi dan legenda kuliner Aceh’ ini.
Total 40 tenant sudah mulai mengisi stand sejak pagi tadi.
Teot apam atau bakar apam dengan 1.000 tungku ini tercatat sebagai Rekor MURI dengan kategori "Membakar Apam dengan Tungku terbanyak".
"Hidangan khas Aceh mendominasi pameran kali ini, hidangan khas yang sudah mulai susah ditemukan kembali ditampilkan untuk memenuhi pengalaman bernostalgia rasa bagi para pengunjung," ujar Reza.
Penganan bernama apam dalam khazanah budaya Aceh bermakna lebih dari sekedar makanan.
Konon awal mula kudapan sejenis serabi yang terbuat dari bahan utama berupa tepung beras dan santan itu hadir lantaran seseorang tak mampu menggelar kenduri kematian.
Maka kue tradisional Aceh sejenis serabi itu pun menjadi pilihan pengganti nasi.
Apam atau serabi menjadi menu utama dan satu-satunya untuk menjamu tamu yang datang berdoa pada hari ke-15 usai seseorang meninggal.
Dalam perkembangannya Bulan Ra’jab atau 2 bulan sebelum Ramadhan dikenal sebagai bulan kenduri apam.
Bulan kenduri apam ini menjadi salah satu bulan dalam kalender Aceh
Maka sepanjang bulan tersebut, kita akan mendapati rumah-rumah di seluruh pelosok Aceh khususnya di pedesaan menggelar kenduri apam.
Penganan tersebut dibagikan-bagi kepada sanak kerabat dan tetanggga serta siapa saja yang datang.
Demikian lah cerita sebuah apam yang hidup dalam tradisi Aceh.