Laporan Wartawan Banjarmasin Post, Yayu Fathilal
TRIBUNNEWS.COM, MARTAPURA - Tempurung kelapa biasanya jarang dipakai.
Biasanya yang dipakai adalah dagingnya dan airnya untuk dikonsumsi.
Kalaupun ada yang memakai tempurungnya, biasanya untuk dibuat centong atau cinderamata seperti liontin kalung, namun jarang yang menggunakannya untuk pengobatan.
Nah, di Kalimantan Selatan, tepatnya di Martapura, Kabupaten Banjar, tempurung kelapa malah digunakan untuk media pengobatan.
Bagian dalamnya ditulisi huruf-huruf Arab bertinta hitam.
Polanya bermacam-macam, ada yang tulisannya jarang-jarang dan dilengkapi simbol-simbol tertentu, ada juga yang hanya dipenuhi huruf Arab.
Biasanya artinya adalah doa-doa.
Tempurung ini biasanya disebut Tempurung Barajah.
Disebut barajah karena bertulisan atau berajah huruf-huruf Arab.
Tempurung barajah. (Banjarmasin Post/Yayu Fathilal)
Dalam tradisi masyarakat Islam suku Banjar, tempurung tersebut biasanya dipakai untuk media pengobatan penyakit seperti sakit haid berlebihan atau dalam Bahasa Banjar disebut singgugut.
Bisa juga untuk media penerang hati agar hati tenang dan otak bisa berpikir dengan lancar.
“Biasanya kalau untuk anak kecil agar otaknya encer, pintar di sekolahnya,” jelas seorang penjualnya, Maslina.
Selain itu, ada juga yang ukurannya lebih kecil mirip piring kecil digunakan untuk wadah bedak dingin saat hendak dipakai dan sudah dicairkan dengan air.
Bedaknya diaduk-aduk di tempurung itu dengan harapan agar menyehatkan wajah dengan doa-doa yang dirajah di tempurung tersebut.
Selain itu, ada juga yang di bagian bawahnya berlubang.
Ternyata itu untuk wadah menampung beras saat hendak ditanak.
“Jadi, mengaut beras pakai yang ini sebelum dicuci dan dimasak. Makanya bawahnya berlubang itu untuk tempat keluarnya beras. Harapannya, berasnya teberkati dengan dimasukkan ke tempurung barajah ini, supaya yang memakannya teberkati juga dan sehat, insya Allah,” paparnya.
Harganya murah saja, yaitu hanya Rp 10 ribu per buah.
Biasanya cinderamata seperti ini banyak ditemui di sekitar Makam Syekh Muhammad Arsyad Albanjari atau Datuk Pelampayan di Desa Pelampayan Tengah, Kecamatan Astambul, Martapura, Kabupaten Banjar.
Lokasi makam ini berjarak sekitar 56 kilometer dari Banjarmasin.
Begitu tiba di Martapura, Kabupaten Banjar, bisa langsung saja menuju Kecamatan Astambul.
Banyak penunjuk jalan menuju tempat ini sehingga pelancong tak usah risau bakal tersesat.
Soal transportasi, bisa menggunakan kendaraan pribadi dengan waktu tempuh 1,5 jam dari Banjarmasin dan 30 menit dari Martapura.
Jika ingin menggunakan kendaraan umum, ada angkutan kota yang bisa dinaiki dari Pasar Batuah di Martapura jurusan Pelampayan.