Laporan Wartawan TribunSolo.com, Bayu Ardi Isnanto
TRIBUNNEWS.COM, SOLO - Sekitar dua minggu menjelang bulan Ramadan sekarang, harga bunga tabur di Pasar Kembang Solo mulai beranjak naik.
Saat ini bunga satu keranjang dijual seharga Rp 20 ribu.
Ilustrasi ziarah kubur. (Photografi MAG/SEPTYONAKA TRIWAHYUDI)
Hari-hari sebelumnya, satu keranjang berisi bunga tabur dijual seharga Rp 10 ribu hingga Rp 15 ribu.
Menurut pedagang bunga di Pasar Kembang di Jl Honggowongso, Solo, Jateng, Ny Warjinem, Kamis (19/5/2016), harga bunga akan terus naik hingga bulan Ramadan tiba.
"Mungkin minggu depan itu sudah naik (banyak) harganya," kata Warjinem, yang sudah berjualan bunga lebih dari 40 tahun.
Mulai minggu depan, kata dia, harga bisa meningkat menjadi antara Rp 40 ribu hingga Rp 50 ribu per keranjang.
Menurut Warjinem, hingga hari ini belum banyak pembeli yang datang mencari bunga tabur.
Adapun masyarakat Jawa biasa melakukan sadranan atau ziarah kubur sebelum memasuki bulan Ramadan.
Peziarah biasanya menggunakan bunga untuk ditaburkan di atas makam.
Satu di antara beberapa bunga yang digunakan untuk berziarah adalah kembang liman yang berisi lima macam bunga.
Atau, kembang telon yang berisi tiga macam bunga, yaitu kantil, kenanga dan melati atau mawar putih, kantil dan melati.
Mengapa bagi masyarakat Jawa bulan Ruwah adalah bulan yang baik untuk berziarah, baik kepada pendahulu, maupun keluarga yang telah meninggal?
"Ruwah itu dari kata arwah, arwah itu dari ruh, jadi di bulan itu kita harus mengapresiasi para leluhur kita," kata pengamat budaya Solo, Mufti Raharjo, Kamis (19/5/2016).
Sedangkan tata caranya, ujar dia, bisa dilakukan menurut masing-masing adat.
"Itu namanya desa mawa cara dan negara mawa tata, artinya ya disesuaikan dengan adat setempat," kata Mufti Raharjo.
Biasanya masyarakat Jawa melakukan sadranan atau ziarah kubur dengan menaburkan bunga di makam.
Sedangkan di daerah lain bisa berbeda, misalnya dengan memasak banyak makanan untuk tamu, atau mengadakan yasinan di rumah. (*)