Saya mulanya terkejut ketika sarapan di sebuah hotel di kawasan Busan Station II.
Ketika itu, semua pengunjung, yang sarapan di restoran hotel tersebut harus membereskan sisa makanannya sendiri.
Pengunjung membawa sendiri piring dan gelas kotor bekas makan mereka ke bagian dekat dengan dapur.
Di sana, kami membuang sisa makanan ke tempat sampah yang disediakan.
Tersedia tempat terpisah untuk membuang kuah sisa makanan dan untuk membuang sisa makanan padat.
Setelah sisa makanan bersih dari piring, pengunjung meletakkan sendiri piring, gelas, sendok, garpu, dan sumpit kotor di tempatnya masing-masing.
Nantinya, petugas hotel akan mengambil piring, gelas, sendok, garpu, dan sumpit kotor tersebut untuk dicuci.
Dari sana, saya mulai sadar pentingnya untuk tidak menyisakan makanan dan bagaimana belajar disiplin untuk membereskan sisa makanan kita sendiri.
Utamakan produk dalam negeri
Selama hampir sepekan berada di Busan, saya pun menyadari bahwa warga Korea Selatan, khususnya Busan, mencintai produk dalam negeri sendiri.
Kendaraan pribadi dan transportasi umum di sana didominasi merek Hyundai dan KIA, yang merupakan hasil karya warga Korea.
Demikian juga dengan barang-barang elektronik yang sebagian besar bermerek Samsung dan LG.
Di hotel yang saya tempati misalnya, baik lampu, keran air, hingga bak mandinya, ditulisi “Made in Korea” alias “Buatan Korea”.
Mungkin itulah sebagian karakteristik warga Busan yang sedianya patut dicontoh warga negara Indonesia.
Jika warga Busan sudah mencintai produk buatan negaranya sendiri, bagaimana dengan Anda?
Kompas.com/Icha Rastika