News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Wisata Jatim

Yuk, Wisata Sejarah di Kampung Maspati Surabaya, Kampung Lawas, Saksi Perjuangan Melawan Penjajah

Editor: Malvyandie Haryadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kampung Lawas Surabaya.

TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Kampung Maspati, merupakan satu dari sekian banyak kawasan yang dinyatakan Bangunan Cagar Budaya (BCB) oleh Dinas Pariwisata Kota Surabaya sejak tahun 2015.

Kampung ini dinyatakan sebagai Kampung Lawas lantaran banyak bangunan Cagar Budaya peninggalan zaman lalu atau saksi dari perjuangan arek-arek Suroboyo saat melawan para penjajah.


Kampung Lawas Surabaya. (Surya/Galih)

Peninggalan yang ada di kampung ini meliputi makam mbah buyut suruh.

Makam ini merupakan makam suami istri Raden Karyo Sentono dan mbah buyut suruh.

Keduanya merupakan kakek neneknya Sawunggaling.

Pada zaman Kerajaan Mataram di Surabaya Maspati, keduanya menjadi panutan warga karena mempunyai rasa kepedulian sosial terhadap warga sekitar, sehingga saat wafat dimakamkan di Maspati.

Ada juga rumah tua yang dibangun tahun 1907.

Rumah ongko loro atau dalam istilah bahasa Indonesia angka dua.


Kampung Lawas Surabaya. (Surya/Galih)

Rumah ini diyakini digunakan sebagai sekolah di zaman dulu karena menjadi sekolah rakyat dengan lama pendidikan yang ditempuh selama tiga tahun.

Tujuan didirikannya sekolah ini untuk memberantas buta huruf dan mampu berhitung.

Ada juga rumah tua yang dulu digunakan sebagai produksi sepatu, dan rumah zaman kecilnya Raden Sumiharjo.

Suasana tempo dulu sudah kental terasa saat memasuki kampung yang berada di Kelurahan Bubutan, Surabaya ini.

Memasuki gangV dan VI di RT 8, rumah – rumah tua yang diperkirakan berusia lebih dari 50 tahun tertata rapi di sepanjang jalan.

Ada sebagian rumah yang masih utuh dan tidak direnovasi, ada juga rumah yang sudah direnovasi oleh pemiliknya.

Namun, mayoritas bangunan asli tempo dulu masih terjaga dan terawat.

Arsitektur dan gaya khas rumah zaman dulu membuat kampung ini semakin mengingatkan pada masa lampau.

Jendela dan pintunya masih sederhana. Atapnya masih kuno lengkap dengan tulisan tahun yang menunjukkan tahun pembuatannya.

Lantai rumah juga masih menggunakan lantai zaman dulu yang khas dengan coraknya.

Kampung ini semakin terlihat lebih asri dengan tanaman-tanaman toga di setiap sudut gang dan rumah.

Hal ini membuat kampung semakin terlihat lebih hijau dan asri.

Warga di kampung ini memang sangat kompak untuk melestarikan dan menjaga bangunan kuno yang tertinggal meski sempat beberapa kali hendak dibeli oleh pengembang.

Konon katanya, harga yang ditawarkan untuk satu rumah cukup fantastis.

Sebelum dinyatakan sebagai kampung lawas dan menjadi salah satu tujuan tempat wisata sejarah di Surabaya, nama Kampung Maspati tidak banyak orang yang mengetahuinya, meskipun lokasinya hanya berjarak sekitar 500 meter dari Tugu Pahlawan Surabaya.

“Sekitar tiga tahun yang lalu saya dan masyarakat tergerak untuk membuat branding Maspati ini sebagai kampung lawas,” kata Ketua RW 8 Sabar Swastono(69) kepada Surya.

Ia mengaku, awalnya memang miris melihat Kota Surabaya yang dianggap sebagai Kota Pahlawan.

Menurutnya, Surabaya ini penuh sejarah dan saksi dari perjuangan arek-arek Suroboyo dalam memperjuangkan kemerdekaan, serta sebelum ada peperangan sempat ada kerajaan besar yakni Mataram yang berpusat di Surabaya.

“Kenyataannya, budaya kearifan lokal sudah dijajah oleh budaya lain yang masuk ke Surabaya sehingga budaya asli Surabaya hilang seiring berjalannya waktu. Ini menyedihkan, harus dipertahankan budaya kearifan lokal biar tidak punah,” terangnya.

Dia menuturkan pembuatan kampung lawas ini dilakukan secara swadaya.

Tahun 2014, ia dan warganya sekitar 1500 jiwa membuat Festival Kampung Lawas dan mengundang Walikota Surabaya Tri Rismaharini, Camat, dan Kelurahan setempat.

Di dalam festival itu terdapat pameran minuman dan makanan sederhana yang terbuat dari markisa, lidah buaya, dan sebagainya.

Ada juga penampilan permainan zaman dulu semisal engkle, main karet, dan sebagainya.

“Dulu biayanya patungan antar warga, dan ada sedikit bantuan dari donatur. Waktu bu Risma kesini, beliau terkesima dan tahun 2015 kemarin sudah ditetapkan kampung wisata melalui SK walikota,” ujarnya.

Pria dua anak ini mengatakan, bukan pengakuan sebagai kampung lawas oleh pemerintah yang diharapkan dari warga.

Menurutnya, bagaimana kampung ini bisa bermanfaat dan meningkatkan tingkat perekonomian warga.

“Saya ingin bagaimana bisa memberdayakan masyarakat sehingga bisa meningkatkan tingkat perekonomian warga melalui situs sejarah yang ada. Caranya, ya kami buat ikon kampung lawas dan membuatnya menjadi destinasi wisata di Surabaya,” tandasnya.

Lambat laun, kata Sabar upaya memberdayakan mulai membuahkan hasil.

Kampungnya semakin banyak dikunjungi wisatawan mulai dalam negeri hingga mancanegara. Ia menyebut, pendapatan per bulan dari para wisatawan ini cukup tinggi sekitar Rp 3 jutaan.

“Setiap rombongan yang datang tidak hanya menikmati peninggalan bangunan kuno saja, tapi kami sambut juga dengan musik patrol dan tarian tradisional. Di setiap rumah, warga berjualan dengan ciri khasnya masing-masing. Bagi pengunjung yang mau beli ya tinggal pilih saja,” jelasnya.

Ia mengungkapkan, ada enam RT yang ada di RW 8 ini.

Masing-masing RT memiliki ciri khas masing-masing. Misalnyaa di RT 6, warganya membuat olahan makanan dan minuman berbahan dasar buah markisa.

Di RT 2, warganya membuat makanan dan minuman olahan berbahan dasar lidah buaya.

“Lumayan ini bisa membuat tambahan pendapatan ibu rumah tangga dengan pemberdayaan ini. Kampungnya untung, warganya juga untung. Semua pendapatan dari kampung lawas ini kembali ke warga semua untuk kepentingan bersama,” tandasnya.

Dia mengatakan, untuk tetap meningkatkan perekonomian warga, hasil olahan warga ini tidak hanya dipamerkan saat ada kunjungan tamu.

Ia mengaku, setiap Sabtu dan Minggu, di Kampung Lawas Maspati ini diadakan bazar makanan dan minuman.

“Di bazar ini, saya wajibkan RT untuk membuat stan. Nanti hasil olahan bisa dijual disana. Ya allhamdulillah cukup banyak pengunjungnya yang datang kalau pas Sabtu dan Minggu,” tandasnya.


Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini