Laporan Wartawan Tribun Timur, Nurul Adha Islamiah
TRIBUNNEWS.COM, TORAJA - Tana Toraja merupakan salah satu objek wisata andalan Sulawesi Selatan.
Selain karena keunikan budaya, keindahan alam, juga berkaitan dengan kesenian wilayah setempat.
Penenun tas di Tana Toraja. (Tribun Timur/Nurul Adha)
Misalnya kampung tenun binaan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda).
Tempat ini merupakan sentra produksi tas rajut dan tikar Toraja di Lembang Tonglo, Kecamatan Rantetayo, Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan.
Tas rajut dari Toraja ini terbuat dari tali kur dengan lama pengerjaan tiga hingga empat hari.
Bahan tali kur ini didatangkan dari makassar.
Harganya tas rajut Toraja ini mulai Rp 100 ribu hingga Rp 200 ribu.
Tergantung ukuran dan tingkat kerumitan produk.
Selanjutnya, tikar Toraja terbuat dari tanaman tuyu atau sejenis tanaman padi dijual seharga Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu dengan lama pengerjaan lima hari.
"Sekadar informasi, penjualan produk sanggar Tenun Tonglo ini tak hanya di area Toraja dan Makassar. Namun telah merambah hingga ke pulau Kalimantan," ungkap Kepala Desa Lembang Tonglo, Daniel Tulak.
Produk kerajinan tenun, tas, dan tikar khas Toraja ini juga ikut dipamerkan Dekranasda Tana Toraja saat pameran Dekranas di Jakarta, pekan lalu.
Di Desa ini ada dua kelompok penenun binaan Dekranasda Tana Toraja, dan ibu Ketua Dekranasda sudah.
Rantetayo merupakan salah satu kecamatan di Tana Toraja, Sulawesi Selatan.
Di daerah inilah bandara Pongtiku berada. Kurang lebih 350 kilometer arah utara kota Makassar, ibukota Sulsel.
Dapat ditempuh menggunakan bus dan minibus. (*)