TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Kalau perut keroncongan, belum sarapan pagi, bisa mampir di Warung Bu Eko, dekat kawasan lumpur Lapindo, Porong Sidoarjo Jawa Timur.
Warung sederhana ini menyajikan pecel khas Madiun dan menu kuliner lain.
Lokasinya di tepi kiri jalan arah Surabaya-Malang.
"Kami buka dari pagi sampai sore saja," tutur Gito Subagyo, suami Bu Eko tentang warung yang sudah tujuh tahun berdiri itu.
Meski agak dekat dengan rel kereta api, warung berukuran 3,5 x 6 meter ini relatif bersih.
Ada tiga buah meja, bangku untuk duduk dan beberapa kursi plastik, dengan lantai ubin.
Pecel disajikan di atas piring rotan, beralas kertas cokelat.
Satu porsi berisi lauk ikan seharga Rp 11.000, sementara seporsi dengan lauk telur Rp 10.000.
Tidak terlalu pedas rasa bumbunya di lidah.
"Dulu ada yang protes karena pedas, jadi kami kurangi lomboknya," jelas Gito, yang menyiapkan sedikitnya 4 kg bumbu pecel setiap harinya.
Bumbu itu merupakan buatan sendiri.
Kebetulan keluarga Gito di Madiun berjualan pecel sehingga tidak ada kesulitan.
Selain mengurangi lombok atau cabai, bumbu pecel khas Madiun itu hanya sedikit mencampur kencur.
Ini yang membedakan dengan bumbu pecel daerah lain. (hri)