TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wisatawan mancanegara adalah salah satu sumber devisa negara. Pembelanjaan mereka di Indonesia memberi sumbangsih pada pendapatan negara yang memiliki imbas langsung terhadap hajat hidup rakyat Indonesia.
Tak heran berbagai upaya pemasaran dilakukan untuk mendorong wisatawan mancanegara berkunjung ke Indonesia.
"Ketika bicara tentang wisata secara keseluruhan 60 persen wisatawan asing datang ke Indonesia motivasinya untuk kebudayaaan, lalu 30 persen termotivasi oleh alam, dan lima persen termotivasi oleh buatan seperti golfing, cycling. Tapi perlu diingat tak ada wisatawan yang datang ke suatu tujuan dengan satu motivasi. Perlu diingat juga kalau datang ke Indonesia mereka pasti belanja," kata Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara Kementerian Pariwisata, I Gde Pitana.
Selanjutnya Pitana di sela acara jumpa pers logo Wonderful Indonesia hadir di Galeries Lafayette, Mal Pacific Place, Jakarta, pekan lalu, menjelaskan jika diukur dari jumlah belanja terbesar, ada dua wisman yang paling royal. Mereka adalah wisatawan dari Uni Emirat Arab dan China.
"Wisatawan Timur Tengah, khususnya Uni Emirat Arab paling tinggi jumlah belanjanya, tetapi jumlah mereka sangat sedikit. Kedua ada China yang dipersepsikan rendah tapi ternyata sebagian dari mereka adalah kelas high end (kelas menengah atas)," kata Pitana.
Pitana membeberkan fakta unik tentang wisatawan asal China yang ternyata irit dalam soal akomodasi dan transportasi tapi sangat royal untuk belanja suvenir.
"Berdasarkan data dari 1,3 juta yang datang tahun 2015 sekitar 20 sampai 30 persennya adalah high end. Terutama bagi mereka wisatawan yang repeater (bukan pertama kali ke Indonesia). Jangan kira wisatawan China yang massal itu semua kelas rendahan," kata Pitana.
Pitana memaparkan, wisatawan China gemar akan suvenir bermerek mahal karena dianggap prestise atau memberi kebanggaan.
"Di Indonesia barang bermerek yang sama bisa dijual lebih murah dari negara mereka (China)," tambah Pitana.