TRIBUNNEWS.COM -- Bagi para pecinta kuliner pasti tahu kalau gudeg merupakan makanan khas asal Yogyakarta. Berbahan dasar dari nangka dengan warnanya yang coklat gelap, rasanya manis-manis gurih menjadi makanan 'klangenan' bagi warga Jogja.
Namun sekarang pecinta gudeg yang sudah 'menasional', bahkan hingga ke luar negeri dan disajikan di rumah makan khas Jawa di seluruh Indonesia, termasuk Jakarta tentunya.
Namun untuk menemui masakan gudeg yang enak di lidah tentunya bukan barang yang mudah. Nah bagi pecinta gudeg yang ingin mencicipi gudeg yang lumayan enak di Jakarta, boleh mencoba di 'Gudeg Kendil Keraton'.
Lokasinya tidak begitu sulit dicari, yaitu di 'Taman Jajan Babe' Tanjungbarat, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Tempatnya yang berada di samping jalan tol TB Simatupang.
Meski tempatnya hanya berukuran kurang dari dua meter, 'Gudeg Kendil Keraton' menyajikan masakan yang cukup lengkap yaitu gudeg, sayur krecek (kulit sapi) telur pindang, ayam opor/bacem, tempe dan tahu bacem serta paru bacem.
Setiap hari kios gudeg ini hampir selalu dipenuhi oleh para pelanggan. Sarannya, kalau mau beli mendingan sebelum jam makan siang/malam atau sesudahnya. Karena kalau pada jam-jam tersebut selalu dipenuhi pelanggan yang ingin menikmati.
Meski tutupnya jam 22.00 malam, tetapi jangan harap pada pukul 20.00 masih bisa menemukan menu lengkap, bahkan setiap weekend, jam segitu sudah habis.
Erni Indrianti sang empunya 'Gudeg Kendil Keraton' mengatakan, masakan yang ia sajikan tersebut memang dimasak dengan bumbu-bumbu tradisional, seperti aslinya di Jogja. Yang membedakan gudeg yang ini dimasak dengan kompor gas, karena ketiadaan kayu bakar di Jakarta.
Meski demikian, ia menjamin rasanya tetap enak dan tidak jauh beda dengan yang dimasak dengan kayu bakar. Bahkan, saking banyak penggemarnya, istri dari Henry Krisnanta ini telah memiliki dua lokasi.
Selain di Taman Jajan Babe, Erni telah membuka warung Gudeg Kendil Keraton di kantin RSUD Pasar Rebo, Jakarta Timur. "Mudah-mudahan dalam waktu dekat akan buka lagi di Cilandak," ujarnya.
Sementara sang suami, Henry Krisnanta mengatakan, untuk memenuhi permintaan pelanggan setiap harinya ia mesti menyediakan puluhan potong ayam dan ratusan butir telur.
Meski tempatnya relatif kecil, ternyata omsetnya juga cukup menjanjikan yaitu sekitar Rp 2 jutaan per hari. Henry menambahkan, masalah yang dialaminya saat ini adalah sulitnya mencari pegawai yang memiliki ketrampilan mengenai gudeg.