Laporan Wartawan Banjarmasin Post, Aya Sugianto
TRIBUNNEWS.COM, PARTINGIN - Kekayaan budaya masyarakat Dayak di Kalimantan Selatan sangat beragam. Satu di antaranya tradisi membatur.
Tradisi itu merupakan ritual memasang atang makam untuk memperingati 1000 harinya sanak keluarga yang meninggal dunia.
Namun, tidak semua warga Dayak yang melakukan ritual tersebut. Hanya pihak keluarga yang mampu dan mempunyai ikatan emosional tinggi terhadap orang yang sudah meninggal tersebut.
Seperti yang dilakukan warga Dayak Desa Mamegang (Sawang), Kecamatan Halong, Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan, Minggu (5/3/2017).
Ratusan warga Desa Sawang yang bermukim di lembah Gunung Batu Laki dan Batu Bini ini bergotong royong mengikuti ritual yang dilakukan di depan balai adat Bawanang.
Ritual diawali pengorbanan seekor kerbau. Warga beramai-ramai menombak kerbau itu, kemudian menyembelihnya untuk dimasak dan disajikan kepada masyarakat.
Soal urusan memasak, kaum perempuan yang turun tangan. Tak hanya memasak daging, mereka juga membuat lemang dengan memasukan beras ketan ke dalam bambu. Selanjutnya dibakar di samping bara api.
Tokoh adat yang memimpin rangkaian ritual mempersilahkan warga membawa atang dan patung terbuat dari kayu ulin.
Patung dan kayu ulin itu dibawa menuju makam dengan berjalan kaki menaiki jalan perbukitan yang jaraknya cukup jauh untuk memasang kelengkapan atang di atas makam keluarganya yang sudah meninggal.(*)