TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Masjid Gedhe Kauman yang terletak di jalan Kauman, Alun-alun Keraton, Ngupasan, Yogyakarta merupakan masjid tertua yang dibangun oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I.
Masjid itu dibangun pada Ahad Wage, 29 Mei 1773 M atau 6 Rabi'ul akhir 1187 H / Alip 1699 Jw.
Dibangunnya masjid sebagai sarana beribadah bagi keluarga raja dan rakyatnya serta untuk kelengkapan sebuah kerajaan Islam seperti yang disebutkan di dalam prasasti.
Totok Yulianto (30) selaku Koordinator Humas dan Kerjasama Radio Saka menjelaskan pembangunan masjid ini diprakarsai langsung oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I dan Kyai Fakih Ibrahim Diponingrat selaku Penghulu Keraton yang pertama.
Arsitektur Masjid di dirancang oleh seorang arsitek putra bangsa yang terkenal saat itu, yaitu Kyai Wiryokusumo.
Atap masjid terlihat bersusun tiga dengan gaya tradisional Jawa bernama Tajuk Lambang Teplok dengan mustaka berbentuk Daun Kluwih dan Gadha yang ditopang oleh tiang-tiang dari kayu jati Jawa.
"Lalu, dinding masjid terbuat dari susunan batu putih dan lantainya dari batu kali hitam," ucap Totok.
Di awal berdiri, masjid tidak bisa menampung seluruh jamaah. Dua tahun kemudian dibangunlah serambi masjid.
Fungsinya juga sebagai Al Mahkamah Al Kabiroh yaitu tempat pertemuan para alim ulama, pengajian dakwah Islamiyah, pengadilan agama, pernikahan, perceraian, pembagian waris, peringatan hari-hari besar Agama Islam, dan sebagainya.
"Selain serambi masjid, dibangun pula dua bangunan yang disebut Pagongan terletak di sebelah utara dan selatan halaman luar masjid atau pelatara. Pagong itu dari kata Pa yang berarti tempat, Gong-an salah satu alat gameran, yang berarti tempat gamelan," ungkap Totok.
Ia mengatakan setiap bulan Maulid tiba, gamelan tersebut dimainkan untuk menarik masyarakat Jawa yang sangat menggemari musik tradisional, dengan diselingi dakwah oleh para ulama.
Dari situ masyarakat berbondong-bondong memeluk agama Islam dengan mengucapkan dua kalimat syahadat atau syahadattain kemudian lahirlah istilah "Sekaten".
"Pada hari Senin 23 Syuro tahun dal 1767 Jw / Muharam 1255 H / 1840 M dibangun pintu gerbang masjid atau regol dengan nama gapuro yang berasal dari kata Ghufuro (ampunan dari dosa)," lanjut Totok.
Totok menjelaskan gerbang itu berbentuk Semar Tinandu yang melambangkan, Semar itu adalah seorang punakawan yang tugasnya mengasuh, menjaga, memberi contoh tauladan yang baik kepada raja dan para ksatria di Pandawa, mempunyai hati yang bersih dan mulia.(*)