TRIBUNNEWS.COM - Tim Ekspedisi Terios 7-Wonders Wonderful Moluccas (T7W 2017) kembali melanjutkan perjalanan petualangannya di hari ketiga, Minggu (16/7). Kali ini tim bergerak ke Goa Boki Moruru atau sering kali disebut Goa Sagea, pasalnya goa ini berada di Desa Sagea, Kecamatan Halmahera Tengah, Provinsi Maluku Utara.
Perjalanan tim dimulai dari Kota Sofifi yang merupakan ibu kota Provinsi Maluku Utara setelah sebelumnya pada hari kedua (15/7) tim menyeberang dari Pulau Ternate dengan menggunakan speedboat. Perjalanan dengan membawa empat armada Terios R Adventure jemis SUV sekira pukul 08.30 WIT.
Tim bergerak dengan kelengkapan peralatan untuk mengeksplor goa yang berada sekitar 169 kilometer dari Kota Sofifi. Tim pun membutuhkan waktu sekitar enam jam untuk mencapai ke Desa Sagea. Pasalnya, jalan yang tim tempuh rata-rata merupakan jalan yang masih berupa bebatuan dan sebagian masih bercampur dengan lumpur.
Jalan yang tim lewati pun juga berada di tengah-tengah hutan. Kondisinya pun sangat sepi, jauh dari keramaian. Baik kendaraan yang melintas mau pun masyarakat sekitar. Jika malam hari, tidak ada penerangan jalan umum yang menyala. Namun, beberapa titik jalan tengah dalam perbaikan oleh pihak Dinas PU Provinsi Maluku Utara.
Pukul 14.30 tim pun berhasil tiba di lokasi. Tim pun kemudian turun dari mobil untuk memesan tiga sampan yang dapat mengantar menyusuri Sungai Sagea hingga tepat di mulut gua.
"Kita semua masih butuh sekitar satu jam untuk sampai ke mulut gua. Dan kita harus menyusuri Sungai Sagea," ujar Azis Momandah (37) Staf Bidang Promosi Dinas Pariwisata Maluku Utara.
Usai itu, tim pun bergegas menaiki sampan setelah berhasil negosiasi harga sampan dengan para pemiliknya. Harga sampan yang tim sewa seharga Rp. 500 ribu per unitnya. Tim pun kemudian menyusuri Sungai Sagea yang kondisinya sangat jernih. Bahkan, dasar permukaan sungai yang dalamnya mulai dari satu hingga lima meter tersebut dapat terlihat dengan jelas.
"Teman-teman jika sampai di gua, kalau ada binatang apa pun itu jangan diganggu atau pun dibunuh. Walau pun hanya nyamuk yang menggigit. Usir saja," pesan Azis kepada tim saat berada di atas sampan.
Tak lama, tim akhinya sudah mencapai mulut Gua Sagea. Gemercit suara kelelawar penghuni gua pun sudah mulai terdengar. Tim pun kemudian masuk ke dalam mulut gua. Sekitar jarak 15 meter dari mulut gua, kondisi mulai gelap gulita. Tim pun memasang lampu penerangan.
Sampan yang kami naiki kemudian menepi di tempat dimana tim akan menaiki anak tangga yang berjumlah 110 buah. Untuk menaiki anak tangga ini, tim butuh perjuangan. Selain suasana yang mencekam karena gelap gulita, tangga ini juga sudah mulai berkarat. Tim pun harus ekstra hati-hati.
"Kalau bisa sendal dibuka. Tangga dan tanah gua licin. Apalagi kita harus ke atas. Harap hati-hati teman-teman," pesan Azis untuk kedua kalinya.
Saat tengah menaiki anak tangga, tim pun dikejutkan dengan jangkrik-jangkrik yang berada di gua tersebut. Jangkrik ini berbeda dengan jangkrik lainnya. Ukurannya sangat besar. Saat melompat, lompatannya pun cukup jauh.
Setelah berjuang dengan penuh tenaga dan kehati-hatian, satu per satu dari tim berhasil berada di puncak. Rasa takut karena treknya yang ekstrem ini terbayar. Di puncak, Gua Sagea menyuguhkan pemandangan luar biasa. Stalakmit dan stalaktitnya tersusun begitu indah. Beberapa tim pun kemudian mengabadikan momen dari kameranya masing-masing.
"Disebut Boki Moruru ini artinya putri yang menghanyutkan diri. Konon, dulu ada cerita yang berkembang di masyarakat di Sungai Sagea ini ditemukan seprang putri dari Tidore yang tengah mandi dan menghanyutkan diri mengkikutui aliran sungai. Tapi tidak dijelaskan putri ini adalah anak dari raja siapa," kata dia.
Usai mengeksplor, tim pun kemudian kembali turun melalui anak tangga tadi. Adrenalin pun semakin terpacu. Dikala turun, kesulitannya justru semakin menjadi. Beberapa tim khawatir jika perlengkapannya tidak akan selamatnkarena kondisinya tang cukup licin.
Namun, dengan kehati-hatian tim saat menuruni anak tangga, akhirnya tim selamat hingga kemudian menaiki sampan. Usai itu, tim pun kembali menuju Desa Sagea dan menlanjutkan perjalanan yang akan kembali menguras energi untuk mengeksplorasi Taman Nasional Aketajawe-Lolobata yang rencananya akan dimulai pada Senin (17/7) besok.
Jarak tempuh ke Taman Nasional Aketajawe-Lolobata dari Desa Sagea mencapai sekitr 159 kilometer. Tim pun kembali bergegas dari Desa Sagea sekitar pukul 20.00. Keindahan Maluku Utara ini memang mempesona.