TRIBUNNEWS.COM – Senin (17/7/2017), Tim Terios 7-Wonders Wonderful Moluccas (T7W Wonderful Moluccas) melanjutkan eksplorasi Provinsi Maluku Utara.
Kali ini mereka berpetualang ke Kawasan Taman Nasional Aketajawe Lolobata yang berada di Desa Koli, Daratan Oba, Kota Tidore, Pulau Halmahera.
Sebelum melakukan perjalanan jauh, tim T7W Wonderful Moluccas bermalam di kawasan Resort Tayawi dengan menggunakan beberapa tenda. Pada pukul 04.00 WIT, tim kemudian bersiap-siap sebelum berkunjung ke hutan Aketajawe untuk melihat Burung Bidadari, yang menjadi salah satu maskot Maluku Utara.
Burung Bidadari merupakan burung endemik Maluku yang memiliki nama Latin Wallace’s Standardwing dan masuk ke dalam daftar fauna yang terancam punah.
Meskipun begitu, burung ini memiliki bulu dan corak yang unik. Khusus yang jantan, terdapat sehelai warna putih di bagian sayapnya. Kecantikan bulunya itu akan ia gunakan untuk menarik perhatian betina. Sang jantan akan membentangkan sayap serta menunjukkan gerak-gerik genit seperti menari untuk merayu pasangannya.
“Sekilas dia seperti memiliki empat sayap karena di bagian leher burung ada sepasang bulu yang bentuknya mirip sayap dan berwarna biru,” jelas Ahmad David Kurnia Putra, Staf Bidang Promosi Taman Nasional Aketajawe-Lolobata.
Tidak cuma parasnya saja yang unik, Burung Bidadari juga memiliki suara khas yang menggelegar.
Burung Bidadari rupanya masuk ke dalam ras burung Cendrawasih dan pertama kali ditemukan oleh oleh Alfred Russel Wallace, sang pengembara dan petualang dari Inggris sekitar tahun 1858.
Setelah puas mendengar penjelasan dari staf, tim kemudian bergegas ke lokasi pengamatan burung tersebut yang terletak sekitar 3 km dari Resort Tayawi. Perjalanan ditempuh kurang lebih 1,5 jam dengan berjalan kaki.
Tim juga menyeberang sungai Tayawi sebanyak tiga kali untuk mencapai ke sana.
Setelah menempuh berbagai rintangan, akhirnya tim berhasil tiba di lokasi pengamatan sekitar pukul 06.00 WIT.
Capt: Tim T7W Wonderful Moluccas saat mengamati Burung Bidadari yang ada di Pohon Badenga.
David menghimbau tim untuk tidak menggunakan lampu blitz saat memotret. Hal ini dapat menyebabkan burung pindah ke lokasi lainnya.
“Burung Bidadari menampakkan diri hanya 2 kali sehari. Yang pertama pada pukul 05.00 hingga pukul 08.00 WIT. Di sore hari, burung akan muncul pada pukul 17.00 sampai 18.00 WIT,” tambahnya.
Di lokasi pengamatan ini juga terdapat rumah pohon yang sengaja dibangun untuk keperluan pengamatan. Rumah pohon tersebut berada di ketinggian sekitar 8 m tepat di Pohon Badenga dan dilengkapi dengan tangga yang terbuat dari susunan kayu.
Burung biasanya bermain di Pohon Hiru pada ketinggian 15 meter.
Tim langsung bergegas mengabadikan burung tersebut. Memotret dan merekamnya. Sayangnya, ada juga yang tidak bisa mendapatkan potret Burung Bidadari karena saking tingginya burung itu bertengger.