(TribunTravel.com/Arif Setyabudi)
TRIBUNNEWS.COM - Tsunami menerjang wilayah pesisir Banten dan Lampung Selatan pada Sabtu (22/12/2018) malam.
Gelombang tinggi di pesisir Serang dan Lampung ini disebut tsunami oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG).
BMKG menyampaikan kesimpulan tersebut setelah mendapatkan data dari 4 stasiun pengamatan pasang surut di sekitar Selat Sunda pada waktu kejadian tsunami, yaitu pukul 21.27 WIB.
Sebelum terjadi tsunami, BMKG sudah memberikan peringatan dini gelombang tinggi yang berlaku 22 Desember hingga 25 Desember di Selat Sunda.
Dilansir oleh TribunTravel.com dari laman Kompas.com, Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Rachmat Triyono menyatakan bahwa sebenarnya tidak ada aktivitas seismik di sekitar lokasi gelombang tinggi.
"Jadi masih belum jelas penyebabnya. Apakah mungkin karena aktivitas Krakatau? Kita belum tahu," katanya saat dihubungi Kompas.com
Sementara itu BNPB melaporkan ada 43 orang meninggal dan 584 luka-luka akibat tsunami di Banten dan Lampung ini.
Menurut BNPB dalam laman resminya, menyatakan Pandeglang adalah daerah yang paling parah terdampak tsunami.
Di Kabupaten Pandeglang tercatat 33 orang meninggal dunia, 491 orang luka-luka, 400 unit rumah rusak berat, 9 hotel rusak berat, dan 10 kapal rusak berat.
Dalam Instagram BNPB, @bnpb_indonesia, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho menjelaskan daerah yang terdampak adalah permukiman dan kawasan wisata.