Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha
TRIBUNNEWS.COM, SUZUKA - Negeri Sakura Jepang sangat diidamkan sebagai destinasi liburan bagi warga Indonesua.
Mulai dari menikmati suasana mekarnya bunga Sakura, hiruk pikuk Tokyo, menaiki kereta Shinkansen, ataupun sekedar berwisata kuliner di negeri matahari tersebut.
Tapi apa jadinya bila rasa kuliner yang ditawarkan tidak sesuai di lidah?
Bagaimana jika kita tiba-tiba kangen dengan masakan Tanah Air?
Rumah makan atau restauran bernama 'Suka-suka' adalah jawabannya. 'Suka-suka' sendiri bertempat di Suzuka, sebuah kota yang berjarak kurang lebih 2 jam perjalanan dari Osaka dengan kendaraan roda empat.
Tribunnews.com berkesempatan mencicipi masakan yang dikelola oleh Bambang Soewandarto dan istrinya.
Tak seperti nama orang Jepang? Ya, memang Bambang adalah warga negara Indonesia yang bisa dibilang 'merantau' cukup lama di negara yang terkenal dengan Gunung Fuji itu.
30 tahun lebih beliau tinggal di Suzuka, kota yang terlihat seperti pedesaan lantaran banyaknya pepohonan dan sawah.
Rumah makan ini sangat kentara dan 'berbau' Indonesia. Bagaimana tidak? Dari pintu utama, sebuah bendera Merah Putih telah berkibar.
Memasuki pintu, terlihat sebuah payung besar mirip payung-payung yang kerap berada di depan rumah maupun Pura di Bali, Indonesia.
Sebuah papan bertuliskan bahasa Jawa pun menyambut pembeli. 'Sugeng Rawuh Poro Tamu' yang berarti 'selamat datang para tamu'.
Selain itu, desain interiornya juga mengingatkan akan rumah makan khas pedesaan.
Di dalam rumah makan itu tampak ada 'saung' atau gubuk yang kerap digunakan melepas penat oleh petani di persawahan.