Satu dekade terakhir, berbagai komunitas di seluruh dunia bermunculan. Komunitas-komunitas ini tumbuh menjadi entitas sosial dan juga bisnis yang menjamur hingga di Indonesia. Salah satunya adalah komunitas yang mendukung tumbuh kembangnya entitas bisnis pariwisata melalui komunitas atau Community Based Tourism (CBT).
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hadirnya Community Based Tourism (CBT) harus didukung oleh pemerintah dalam hal ini Kementerian Pariwisata, tur operator dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
Apalagi program ekowisata yang dikembangkan oleh komunitas-komunitas lokal yang
Pariwisata adalah salah satu sektor petumbuhan ekonomi tercepat dan terbesar di dunia saat ini. Industri pariwisata penyuplai sepertiga dari lapangan pekerjaan di negara-negara berkembang dan meliputi 30 persen dari nilai ekspor jasa di seluruh dunia.
Industri pariwisata menghasilkan rata - rata USD 3 milyar per hari dari keseluruhan nilai ekspor di negara berkembang.
Prospek wisata di kawasan yang bukan daerah tujuan wisata dapat dikembangkan dengan baik bahkan bisa meningkatkan perbaikan eknomi bagi masyarakat lokal sekitarnya dengan adanya CBT ini.
Orang memilih kawasan wisata baru karena terkadang jenuh dengan kawasan wisata yang sudah diexplotasi besar-besaran.
Di sisi lain, program CBT dapat mendukung program eco wisata yang justru sedang dihimbau pemerintah. Bahkan banyak lokasi wisata baru di desa dan kabupaten yang dikembangkan oleh masyarakat setempat dengan dukungan pemerintah desa, kota atau kabupaten.
Baca: Dampak Virus Corona untuk Wisata di Bali, Okupansi Hotel Terus Menurun
Baca: Si Kecil Pasti Jadi Makin Doyan Sayur jika Disajikan Resep Sayur Bening Bayam Kembang Tahu
Baca: UPDATE Daftar Bank yang Berikan Keringanan Kredit, Nasabah Bisa Ajukan Kelonggaran Lewat Call Center
Program ini bisa meningkatakan pendapatan masyarakatnya. Ini juga sesuai dengan trend pariwisata dunia sendiri saat ini adalah meningkatkan kepedulian terhadap keberlangsungan obyek wisata sendiri dan meminimalkan ekses negatifnya dengan konsep sustainable tourism dan ecotourism yang menyatukan pelestarian lingkungan alam, komunitas dan meningkatkan kesejahteraannya.
Ecotourism, sangat penting menghadapi menurunnya kondisi destinasi wisata alam yang kian hari kian menunjukan penurunan fungsinya akibat banyaknya kunjungan wisatawan dan pengelola yang terus exploitasinya tanpa memikirkan keberlangsungan destinasi itu untuk masa yang akan datang.
Ecotourism akan meningkatkan kesadaran baik masyarakat di sekitar destinasi maupun pengunjung untuk bersama-sama menjaga dan melindungi lingkungan dan alam sekitar serta adat dan budaya lokal untuk keberlangsungannya.
Destinasi - destinasi alam ini kebanyakan terletak di daerah pedesaan yang biasanya dikembangkan oleh pemerintah setempat bekerja sama dengan perusahaan setempat dan jarang melibatkan masyarakat secara luas dalam pengelolaannya.
Ekotourism mencakup prinsip-prinsip dasar pariwisata secara keberlanjutan yang menimbulkan dampak secara ekonomi, sosial dan lingkungan yang banyak ahli sepakat merupak alternative pendekatan pembangunan pariwisata saat ini.
Tren wisata dunia saat ini menunjukan meningkatnya permintaan kunjungan ke destinasi ekowisata di seluruh dunia akibat perubahan kesadaran akan isu penyelamatan lingkungan dan global warming.
Baca: 20 Wisata Gunung Ditutup, APGI: Ribuan Pemandu Terancam Perekonomiannya
Baca: Susul Kepergian Chrisye 2018 Silam, Karya Musisi Debby Nasution Tetap Hidup di Album Menanti Hari
Di samping itu, wisatawan mempunyai keinginan yang tinggi untuk merasakan pengalaman baru dalam berbagai macam kegiatann di alam, situs-situs arkeologi, sejarah atau berinteraksi dengan adat, budaya serta tata cara hidup masyarakat setempat.
Dalam dua dekade terakhir, trend permintaan ke nature based tourism di negara-negara berkembang menunjukan perkembangan yang signifikan dibandingkan ke destinasi --destinasi biasanya.
Tingkatkan Perekonomian Masyarakat Desa
Salah satu lokasi wisata yang dikelola berdasarkan program CBT ada di Siosar – Toba. Kepala desa Tambun Raya, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, Bilher Damanik mengatakan, pihaknya dibantu swasta untuk mencapai cita-cita membangun lokasi wisata baru. Pihak swasta itu adalah PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JCI).
"Kami senang ada peruzhaan zeperti PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk yang peduli dengan program2 yg mendukung partisipasi komunitas di lingkungan kami melalui CBT. Harapan saya program ini dapat menjadi program-program percontohan di kawasan lain di Indonesia,"kata Bilher, belum lama ini.
Dikatakan Bilher, desanya mendapat tawaran pengembangan manfaat ekonomi lewat ecotourism.
Basisnya tentu saja komunitas setempat.
Hasilnya kelak adalah peningkatan pendapatan, kesejahteraan, pendidikan, sarana dan prasarana yang biasanya tidak terjangkau didaerah pinggiran yang memiliki jarak jauh dengan perkotaan.
Baca: Seorang Dokter yang Dirawat di RSUP Haji Adam Malik Medan Sembuh dari Covid-19
Baca: RS Darurat Wisma Atlet Mendapat Bantuan dari Para Donatur
Baca: KKP Tangkap Dua Kapal Ikan Asing Ilegal di Perairan Natuna saat Pandemi Corona
Apalagi masyarakat yang berada di daerah pinggiran ini pun biasanya hidup di bawah garis kemiskinan dan memiliki latar pendidikan yang rendah.
"Program-program ini secara keseluruhan akan meningkatkan kualitas hidup masyarakat kami,"kata Bilher.
Ditambahkan Bilner, upaya membangun ecotourism berbasis komunitas ini akan membuka peluang bagi masyarakat di daerah pinggiran (pedesaan) untuk terlibat secara aktif mengembangkan dan membangun secara serius destinasi pariwisata yang ada di kampungnya.
Kementerian Pariwisata juga memberikan perhatian lebih terhadap pengembangan ‘Community Based Tourism’ (CBT).
Dalam terjemahannya, CBT bisa dalam bentuk desa wisata. Atau dalam konteks kota, disebut kampung wisata.
Josua Puji Mulia Simanjuntak sebagai Staf Ahli Bidang Inovasi dan Kreativitas Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mengatakan, dengan bergabungnya Kementerian Pariwisata dan Badan Ekonomi Kreatif maka konsep pariwisata berbasis ekonomi kreatif yang dijalankan komunitas menjadi perhatian khusus.
Terutama yang berlokasi di desa desa yang akan menjadi kekuatan.
Desa-desa di Indonesia memiliki banyak kekuatan kreatifitas berbasis kearifan lokal. Ini harus dikembangkan menjadi community based tourism.
"Saat ini sedang dalam perencanaan untuk memperkuat potensi ekonomi kreatif di daerah, termasuk desa," kata Puji Mulia.
Penguatan potensi ekonomi kreatif di daerah diawali dengan pemetaan kekuatan dan potensi serta tantangannya.
Kemudian dilanjutkan dengan pendampingan dan penguatan potensi daerah yang disusul dengan pengembangannya sebagai destinasi wisata.
"Saya sarankan, untuk masyarakat pariwisata di daerah daerah untuk tetap dan terus menggali kreatifitas dan kearifan lokal. Kreatifitas berbasis kearifan lokal ini yang akan bersama dengan pemerintah dijadikan sebagai karya unggulan yang akan menarik minat pariwisata," kata Puji.