TRIBUNNEWS.COM - Siprus Utara mengumumkan akan segera membuka kembali distrik Varosha, Kota Famagusta.
Varosha adalah kawasan telantar sejak 46 tahun silam.
Dulunya, Varosha adalah resor wisata yang populer.
Distrik ini pernah memiliki lebih dari 12.000 kamar hotel.
Selain itu, Varosha juga pernah menjadi rumah bagi 25.000 penduduk.
Baca: 5 Tempat yang Kini Dijuluki Kota Hantu dan Kisah Menyedihkan di Baliknya
Dilansir CNN, Pulau Siprus di Mediterania terbagi dua pada tahun 1974.
Kala itu, terjadi kudeta yang didukung oleh pemerintah Yunani dan invasi militer Turki.
Kemudian, negara terbagi menjadi Turki Siprus di utara dan Yunani Siprus di selatan.
Sejak saat itu, distrik tersebut layaknya 'kota hantu'.
Selama bertahun-tahun, Varosha menjadi tanah tak bertuan antara utara dan selatan.
Wilayah ini menarik tamu dari seluruh dunia.
Namun, Varosha tetaplah kawasan yang dilarang untuk umum.
Baca: Sudah lama jadi kota hantu, warga sekitar Chernobyl memajang pohon Natal
Perdana Menteri Republik Turki Siprus Utara (TRNC), Ersin Tatar, mendeklarasikan untuk membuka kembali kota pada Jumat (21/8/2020) lalu.
Namun, dia tidak menyebutkan secara pasti kapan Varosha akan dibuka.
"Pada titik ini, kami mendekati titik memulai proses pembukaan kembali," kata Tatar, menurut TRT World, Turki.
Dia mengatakan, peraturan perlu disahkan.
Namun, dengan waktu Pemilu yang semakin dekat, rencana pembukaan Varosha mungkin ditunda.
Meskipun begitu, Tatar tetap optimis.
"Semuanya sudah siap menurut saya," ujarnya.
"Fase telah berubah, dan halaman baru telah dibuka," imbuh Tatar.
Tatar juga menegaskan, Varosha berada di dalam wilayah negaranya.
"Tidak ada yang bisa mengambilnya dari kamu. Kami melanjutkan perjalanan kami yang sukses," jelas Tatar.(*)
Pertama Kalinya dalam 300 Tahun, Pulau Ini Akhirnya Dibuka untuk Umum
Untuk pertama kalinya dalam 300 tahun, sebuah pulau di lepas pantai Cape Cod, Massachusetts, Amerika Serikat, dibuka untuk umum.
Pulau tersebut adalah Pulau Sipson.
Dilansir CNN, Pulau Sipson dimiliki secara pribadi sejak 1711.
Kala itu, pulau tersebut dijual oleh orang-orang Monomoyick kepada penduduk kulit putih.
Kini, dengan bantuan organisasi nirlaba lokal bernama Sipson Island Trust, Pulau Sipson menjadi destinasi baru.
Sipson Island Trust memulihkan dan merawat pulau menggunakan nilai-nilai yang dianut penduduk asli Amerika.
Baca: Miliarder Beli Pulau Seharga Rp 94 Miliar, Belum Pernah Berkunjung dan Cuma Dilihat Lewat Video
Baca: Kangen Liburan ke Bali? Besok Turis Domestik Sudah Boleh Berwisata ke Pulau Dewata, Simak Syaratnya
Orang lokal menganggap, tanah adalah hadiah untuk digunakan semua orang.
"Sangat penting bagi kami sebagai organisasi dan komunitas untuk dapat mengomunikasikan pentingnya sejarah asli ini, dan mengajarkan nilai-nilai orang-orang yang hidup di pulau itu sebelum 1711," kata Presiden Sipson Island Trust, Tasia Blough.
Pulau seluas 24 ekar atau sekitar 9,7 hektar itu dibuka untuk umum mulai Sabtu (1/8/2020) lalu.
Lokasi terletak tak jauh dari pantai Cape Cod di daerah yang dikenal sebagai Pleasant Bay.
Daerah tersebut menjadi perhatian atas kondisi lingkungan yang kritis.
"Ketika itu (pulau) dijual...ada sejumlah organisasi konservasi yang ingin menemukan cara untuk mengumpulkan uang...melindunginya, melestarikannya, dan membuatnya dapat diakses oleh publik," ujar Blough.
Namun, masalahnya terletak pada biaya.
12 juta dolar US atau sekitar 176,4 miliar Rupiah adalah harga yang mahal untuk sebuah organisasi nirlaba.
Beruntung, selama empat tahun terakhir, organisasi Friends of Pleasant Bay membantu meningkatkan modal dan memperpanjang tanggal penutupan untuk mewujudkannya.
Pada bulan Juni, pulau tersebut akhirnya dikelola dengan biaya 5,3 juta dolar US.
Dibuka untuk umum
Sekarang, Pulau Sipson sepenuhnya terbuka untuk umum.
Di sana, pengunjung dapat menikmati hiking, pantai berpasir, snorkeling, dan pemandangan 360 derajat dari seluruh wilayah Pleasant Bay.
Pengunjung disarankan untuk memasuki pulau dari pantai timur.
Namun, hanya kapal yang dangkal di bawah 22 kaki yang dapat mendarat di sana.
Sebab, ekosistem yang hidup di dalam air sensitif.
Rencananya, pengelola pulau akan merobohkan tiga dari empat bangunan yang ada di pulau itu dalam lima tahun ke depan.
Hal itu dilakukan untuk membuat dan membangun pusat penelitian dan pendidikan terbuka.
Tujuannya adalah untuk memulihkan ekologi pulau serta mendukung pendidikan dan penelitian lingkungan dan sejarah.
Selain itu, tujuannya juga untuk menyediakan rekreasi publik baik di dalam maupun di sekitar Pulau Sipson.
Masih ada delapan hektar di pulau tersebut yang tak bertuan.
Organisasi setempat berharap untuk mengumpulkan dana dengan cepat agar seluruh pulau berada di bawah payung perwalian.
(Tribunnews.com/Citra Agusta Putri Anastasia)