TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerhati dan pelaku pariwisata Ir. Sanggam Hutapea, MM, merespon ide Wakil Ketua DPD RI Sultan B Najamudin untuk pengembangan pariwisata di Pulau Sumatera.
Menurut Sanggam Hutapea, mengembangkan pariwisata di wilayah kawasan Sumatera, di tengah perhatian pemerintahan Joko Widodo saat ini membangun infrastruktur jalan tol lintas Sumatera, harus jadi moment yang tepat mewujudkan wisata "Sumatera Adventure" sekaligus bisa jadi lokomotif ekonomi baru.
" Kita tahu saat ini keseriusan Presiden Joko Widodo (Jokowi) membangun infrastruktur untuk koneksitas tol Jawa-Sumatera. Momen ini harus dimanfaatkan para Gubernur se-Wilayah Sumatera ( Lampung- Aceh) menggali dan mengembangkan potensi-potensi wisatanya," ujar Sanggam Hutapea, yang diwawancarai wartawan, Rabu (27/1) di Jakarta.
Mewujudkan "Sumatera Adventure" menjadi paket wisata menurut alumni pasca sarjana Universitas Gajah Mada (UGM) ini, akan lebih mudah apabila para gubernur Se-Wilayah Sumatera membentuk forum bersama sebagai wadah melakukan pertemuan rutin guna memetakan potensi potensi wisata yang dimiliki masing-masing.
"Saya yakin setiap wilayah di Sumatera memiliki potensi wisata yang berbeda - beda. Potensi inilah yang digodok menjadi satu kesatuan sebagai paket wisata "Sumatera Adventure," papar Sanggam Hutapea pencetus ide Tapanuli Nias Adventure, yang merupakan konsep pengembangan wilayah pariwisata di Tapanuli dan Nias.
Baca juga: Kemenparekraf Targetkan 244 Desa Wisata Maju, Mandiri dan Tersertifikasi Tahun 2024
Pengusaha sukses di Jakarta ini yakin dengan potensi wisata di Sumatera akan menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk berpetualang.
Menurutnya, para wisatawan ke Eropa bukan hanya memiliki satu tujuan di satu negara. Dia pun memaparkan pengalamannya yang setiap akhir tahun melakukan perjalanan wisata ke beberapa negara di dunia.
Contohnya saat dia bersama keluarga berlibur dan memilih masuk dari Prancis. Tetapi kami tidak hanya tinggal di Paris, tetapi kami sudah merencanakan perjalanan darat mengunjung beberapa negara Eropa lainnya seperti Belanda, Jerman, Inggris, Swiss, dan tentu sesuai dengan waktu yang sudah kami rencanakan untuk berlibur beberapa minggu atau hari.
"Jadi pengalaman inilah yang membuat saya yakin jika ada paket wisata "Sumatera Adventure, akan menjadi paket menarik bagi wisatawan, apa lagi wilayah masing-masing di Sumatera mempunyai daya tarik berbeda-beda, baik itu keindahan alamnya, udaranya, budaya, perkebunan, pertanian dan perikanan, serta barang-barang souvernirnya," urai Sanggam Hutapea.
Jika para kepala daerah sudah satu presepsi dan tidak saling bersaing maka paket "Sumatera Adventure," dalam konsep pariwisata yang berkelanjutan akan menjadi pariwisata handal berkelas dunia sekaligus mampu menggerakkan ekonomi dan memberdayakan masyarakat.
Sanggam membayangkan, dalam beberapa tahun ke depan, akan banyak wisatawan landing di Medan misalnya, lalu meneruskan perjalanan darat hingga ke Sumatra Barat, Dengan menikmati beberapa tempat wisata di sepanjang jalan seperti Rumah Gadang dan Danau Singkarak.
Begitu juga sebaliknya, wisatawan akan landing di Padang lalu meneruskan perjalanan ke Aceh, melalui Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara, Toba, Humbang Hasundutan, Parapat , Samosir, Dairi, Karo, Medan dan Aceh.
" Hal ini sangat memungkinkan oleh karena kesiapan Trans Sumatera yang saat ini dipacu pembangunannya, " tandasnya.
Sanggam Hutapea optimis dengan paket wisata "Sumatera Adventure" jika dikemas para kepala daerah Se-Sumatera dalam satu konsep pengembangan, para wisatawan dunia seperti dari China dan Asia lainnya, akan melakukan petualangan di "Sumatera Adventure" dan para wisatawan mancanegara akan menghabiskan waktu di Sumatera setidaknya 6 - 10 hari.
Sumatera itu kaya akan wisata. Ada laut, danau, gunung, arung jeram dan beragam budaya, jadi harus dikelola dalam satu konsep pengembangan, " tegas Sanggam Hutapea.
Sanggam Hutapea pun mendorong Menteri Sandiaga Uno untuk lebih memperhatikan dan mengembangkan potensi wisata di wilayah Sumatera sebagai salah satu pusat destinasi wisata dengan standar internasional.