Pada halaman 213, buku karya Egy Massadiah itu mengangkat judul menarik “Theys Eluay Tersenyum di Surga”.
Judul itu mengguratkan sejarah pahit yang berakhir manis.
Sejak kematian tokoh Papua itu tahun 2001, hubungan Kopassus dengan Papua boleh dibilang memanas. Kopassus tidak saja mendapat kecaman masyarakat Papua, tetapi dunia.
Syahdan, Doni Monardo mendapat penugasan menjadi Danjen Kopassus tahun 2014 – 2015.
Saat itu Doni masih merasakan adanya duri tajam.
Doni kontan mengundang Boy Michael Eluay, putra sulung mendiang Theys ke Markas Kopassus di Cijantung, Jakarta Timur, pada momen peringatan ulang tahun Kopassus ke-63.
Boy pun keluar dari persembunyiannya dan memenuhi undangan Doni.
Setelah melakukan pembicaraan dari hati ke hati, begitu intens dan mendalam.
Semua kecamuk rasa dan emosi dikuak untuk kemudian diredam.
Akhirnya, Boy dengan lapang dada memaafkan pelaku pembunuhan terhadap ayahnya. Kepada media, Boy saat itu mengatakan, "Tak ada lagi dendam. Kami diajarkan untuk saling mengasihi, seperti ajaran leluhur."
Perdamaian dan persaudaraan itu pun dikukuhkan dengan pemberian jaket Kopassus bertuliskan “Sahabat Kopassus” di dada kiri, dan nama Boy Eluay di dada kanan.
Doni Monardo langsung yang memakaikan jaket itu ke tubuh Boy.
Persahabatan itu terus dipelihara, sekalipun Doni tak lagi menjabat Danjen Kopassus.
Boy wafat tahun 2018 karena sakit. Lagi-lagi Doni pun sempat mengupayakan perawatan atas sakitnya di RSPAD, di bawah penanganan langsung Direktur RSPAD (ketika itu) Dr Terawan Agus Putranto (mantan Menkes).