Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Arak sebagai minuman lokal Bali pun tak lepas dari ritus.
Tak hanya menjadi teman baik di segala kondisi, arak selalu hadir dalam berbagai upacara keagamaan di Bali.
Dari pohon kelapa, enau, atau lontar yang tumbuh subur di tanah Bali, nira disadap kemudian diolah untuk menghasilkan alkohol alami.
Menggunakan api kecil dari tungku kayu bakar, nira ditampung dalam batang kelapa besar berpenutup yang dilengkapi pipa penyuling, untuk menghasilkan cita rasa halus dengan kandungan alkohol sesuai yang diminati.
Arak adalah narasi kuat tentang kearifan lokal Bali. Dalam setiap prosesnya, tertanam nilai budaya, nilai sosial hingga ekonomi yang begitu besar.
Baca juga: Nonton MotoGP 2022 Mandalika, Jangan Lupa Cicipi 7 Kuliner Unik Khas Lombok yuk!
Baca juga: 5 Rekomendasi Minuman Pereda Gejala Covid-19, Teh Hangat hingga Es Loli
Produksi arak di Bali tak kurang dari 500 ribu liter per bulan dari 5.000 unit usaha yang tersebar di seluruh Bali.
Tingginya kebutuhan arak setidaknya mampu menyerap hingga 25 ribu tenaga kerja yang menghidupi 100 ribu jiwa dengan total value mencapai Rp 240 miliar per tahun.
Legalitas arak Bali melalui Peraturan Gubernur Bali Nomor 1 Tahun 2020 tentang Tata Kelola Minuman Fermentasi Dan/Atau Destilasi Khas Bali pun menjadi angin segar bagi pembuat arak, bagi mereka yang selalu teguh percaya dan menjaga kearifan lokal yang dimiliki.
Baca juga: Angel Karamoy Tak Tahu Kuliner Telur Gulung yang Populer, Baru Mencicipinya Saat Dewasa
Nilai-nilai yang terkandung dalam arak memicu keinginan Twalen Spirit untuk memproduksi varian arak bernama Arakbica.
Sejak diperkenalkan kali pertama di Twalen Warong, M Bloc Market, Arakbica telah mendapat sambutan dan komentar positif dari berbagai kalangan.
Namun kekuatan promosi dari mulut ke mulut membuat Arakbica dikenal dan diminati karena kenikmatan yang menjanjikan.
"Lebih dari 1.500 botol sudah dinikmati oleh berbagai lintas profesi dan usia; tua, muda, pebisnis, pelaku kerja kreatif, musik, film, arsitek, hingga kalangan pejabat publik," kata Wena Wahyudi, founder Twalen Spirit dan Twalen Warong saat temu media di M Bloc Space, Jumat (11/3/2022).
Kisah Arakbica bermula pada Maret 2020, saat sang pengrajinnya, Anak Agung Hadi Prawira, yang semula bekerja di industri pariwisata kemudian berhenti bekerja karena pandemi COVID-19 yang menerjang seluruh dunia, tanpa terkecuali Bali.