Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Saat ini berbagai bahan dasar makanan dapat diolah menjadi menu olahan kekinian dan dikemas secara menarik, sehingga mampu meningkatkan nilai jual dan dilirik konsumen.
Di masa pandemi virus corona (Covid-19) seperti saat ini, masyarakat pun semakin kreatif dalam mengolah apapun menjadi 'cuan', termasuk bahan makanan.
Berbagai produk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) kini semakin mendapatkan perhatian karena inovasi dan ide kreatif yang dimiliki para pelaku UMKM.
Terlebih saat ini harga gandum mahal, karena dampak dari perang antara Rusia dan Ukraina yang selama ini dikenal sebagai negara pengekspor komoditas itu.
Baca juga: Harga Mie Instan Dikabarkan Melonjak Akibat Suplai Gandum Terhambat, Begini Penjelasan Bos Indofood
Nah, untuk mengantisipasi harga gandum yang mahal, maka para pelaku UMKM kini bisa menggunakan bahan alternatif lainnya yang tidak kalah sehat seperti sagu untuk mengolah makanan kekinian.
Lalu apa itu sagu dan apakah baik untuk tubuh?
Dikutip dari laman Healthline, Sabtu (13/8/2022), sagu adalah sejenis pati yang diekstrak dari pohon palem tropis seperti Metroxylon sagu.
Bahan makanan ini merupakan tepung serbaguna dan menjadi sumber utama karbohidrat di beberapa bagian dunia.
Sagu mengandung antioksidan dan pati resisten serta telah dikaitkan dengan banyak manfaat, termasuk baik untuk jantung.
Jenis tepung satu ini secara alami bebas gluten, sehingga menjadi pengganti yang baik untuk tepung dan biji-bijian berbasis gandum bagi mereka yang melakukan diet terbatas.
Nah, produk kuliner yang memanfaatkan sagu ini turut diperkenalkan UMKM 'Sagolicious Papua' dan telah dilirik Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada bazaar UMKM sebelum pembukaan secara resmi Silaturahmi Nasional (Silatnas) Persatuan Purnawirawan TNI Angkatan Darat (PPAD) Tahun 2022 yang dihelat di Sentul International Convention Center (SICC) Bogor, pada 5 Agustus lalu.
Pendiri sekaligus pemilik brand Sagolicious Papua, Jenny Widjaja mengatakan produk berbahan sagu yang ditawarkan brand ini tidak hanya berupa keripik sagu saja, namun juga mie pasta sagu hingga makaroni sagu.
Baca juga: Atasi Krisis Pangan Global, Rusia Genjot Ekspor Minyak dan Tepung Bunga Matahari
Jenny menjelaskan, dirinya tertarik mengembangkan bahan sagu menjadi makanan olahan modern, bukan hanya karena memiliki nilai gizi yang optimal, namun juga karena sagu baik bagi penderita penyakit jantung hingga diabetes.
"Sagu punya banyak kelebihan, Free Gluten, Non GMO, Organik, Low GI (rendah indeks glikemik) sangat baik untuk kesehatan, terutama bagi yang mau tetap sehat. Menghindari gula bagi diabetes, baik untuk jantung, sangatlah baik untuk yang bermasalah maag," kata Jenny, dalam keterangannya.
Ia mengklaim brandnya sebagai pelopor pembuat mie dan pasta yang diolah menggunakan bahan dasar sagu 100 persen.
"Kami telah menciptakan mie, pasta sagu varian instan yang dibuat dengan 100 persen sagu murni," jelas Jenny.
Tidak hanya itu, material packaging yang digunakannya tergolong ramah lingkungan.
"Sagolicious Papua ini menjadi produk andalan yang kami kemas dengan konsep ramah lingkungan dan dipadukan dengan nilai-nilai kearifan lokal, mendukung program pemerintah dalam kedaulatan pangan," papar Jenny.
Melalui brandnya itu, Jenny berharap sederet produknya yang berbahan dasar sagu itu dapat dipasarkan hingga mancanegara.
Sehingga produk lokal 'Bangga Buatan Indonesia' ini bisa go global.
"Harapannya produk mie dan pasta dengan aneka varian berbahan dasar sagu ini bisa dikonsumsi oleh masyarakat luas dari Sabang sampai Merauke, bahkan sampai ke pasar Internasional," tutur Jenny.
Upaya dalam menghadirkan produk olahan sagu kekinian ini memang menjadi misi Jenny demi menargetkan generasi muda, khususnya kelompok milenial agar tertarik mencicipi olahan bahan pangan yang berasal dari Papua ini.
Bahkan demi memastikan produknya ini tergolong sehat, Jenny mencampurkan bahan dasar sagu dengan tumbuhan seperti spirulina, kunyit, buah merah Papua hingga daun kelor untuk tidak hanya memberikan sentuhan aneka warna saja, namun juga membuat produknya semakin menarik dan menyehatkan saat dikonsumsi.
Saat ini brand ini telah memiliki lebih dari 40 varian dan terus bergerak menuju 50 produk.
"Semua yang saya gunakan di Sagolicious ini pakai bahan-bahan alami yang ada di nusantara.
Semuanya pakai bahan campuran seperti ubi ungu, buah biet. Kemudian sagu sendiri karena nggak pakai gluten, jadi tidak pakai pengawet. Sagu sendiri juga tumbuh alami, bukan ditanam manusia, sehingga lebih sehat dan organik. Semua yang sehat ada di sini. Saya akan berkreasi terus dan ingin mengangkat sagu ini sederajat dengan makanan pokok lainnya," tegas Jenny.
Baca juga: Dalam Kunker Jokowi, Kementan Pastikan Sagu dan Kelapa Terus Dikembangkan
Jenny menambahkan bahwa varian produk Sagolicious ini juga dapat dinikmati di Sagolicious Cafe & Resto di kawasan Jakarta Utara.
"Kami juga sudah mempersiapkan diri agar produk mie pasta varian berbahan dasar sagu Papua ini bisa tembus pasar Asia, Eropa hingga USA (Amerika Serikat)," jelas Jenny.
Untuk pasar ekspor, kata dia, pihaknya sedang menjalin kerja sama dengan perusahaan Manna Indonesia Group dan berencana mengembangkan produk Sagolicious ini ke pasar Malaysia, Turki, Australia, Dubai hingga Eropa.
Perlu diketahui, kehadiran Produk UMKM dalam Silatnas PPAD tersebut bertujuan untuk lebih menonjolkan pemberdayaan masyarakat serta menjadi sarana edukasi bagi para purnawirawan dan warakawuri dalam meningkatkan perekonomian di segala bidang, baik pertanian, perdagangan dan industri rumahan.
Seperti yang disampaikan Ketua Umum PPAD Letjen Purn Doni Munardo bahwa Silatnas PPAD kali ini mengusung tema besar yakni mendukung program pemerintah, mengambil peran menciptakan lapangan kerja dalam rangka mengantisipasi krisis pangan dan energi.