TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Kota Bandung, Jawa Barat menjadi saksi sejarah pertemuan para delegasi negara-negara saat perhelatan Konferensi Asia Afrika (KAA) 1955.
Namun, jauh sebelum acara Konferensi Asia-Afrika itu, Bandung juga menyimpan kisah sejarah soal sosok proklamator kemerdekaan bangsa Indonesia, yaitu Ir. Soekarno atau Bung Karno.
Karena, Presiden Pertama RI itu pernah diasingkan dan ditahan di penjara di salah satu sudut kota, bernama Penjara Banceuy.
Lokasinya berada di Jalan Banceuy, Braga, Kota Bandung, Jawa Barat.
Pada Selasa (8/11/2022), Tribunnews.com berkesempatan mengunjungi Penjara Banceuy yang kini telah berubah fungsi sebagai monumen bersejarah di Kota Bandung.
Saat turun dari kendaraan, suasana dan bangunan bergaya lama masih berjejer di Jalan Banceuy.
Sejumlah bangunan juga kini juga telah berubah fungsi sebagai ruko-ruko dan rumah makan.
Berjalan sekitar 50 meter, Tribunnews.com mendapati sebuah papan informasi bertuliskan 'Situs Sel Penjara Banceuy'.
Dari papan informasi itu, pengunjung akan diarahkan menuju sebuah pintu masuk kecil.
Selanjutnya, pengunjung akan langsung dihadapkan dengan pemandangan berupa patung Bung Karno bercat warna kecoklatan yang tengah duduk sambil memegang sebuah buku.
Di tangan kanan patung Bung Karno, terlihat sebuah pena yang digenggam. Kakinya pun terlihat disilang.
Selepas melihat patung sang proklamator itu, pengunjung akan melihat sebuah bangunan yang tak begitu besar.
Dimana, itu merupakan kamar penjara yang pernah dihuni oleh Bung Karno.
Saat masuk ke dalam ruangan penjara itu, tampak terlihat sebuah alas tikar lengkap dengan bantal dan selimut.
Di atas bantal juga terdapat sebuah buku dan bendera merah putih.
Pada bagian dinding terlihat foto-foto Bung Karno dan gambar Burung Garuda dan sila-sila Pancasila.
Selain itu, ada sejumlah piring, gelas, teko minuman dan peralatan makan lain yang pernah digunakan oleh Bung Karno selama di dalam penjara.
Lahirnya 'Indonesia Menggugat'
Dalam kesempatan itu, Ketua DPP PDI Perjuangan (PDIP) Bidang Luar Negeri Ahmad Basarah turut mengunjungi lokasi sel penjara Soekarno di situs bersejarah Banceuy, Bandung.
Basarah didampingi politikus PDI Perjuangan lainnya, seperti Andreas Hugo Pareira dan pengurus partai di DPD PDIP Jawa Barat.
Saat tiba di lokasi, Wakil Ketua MPR RI itu bersama Andreas langsung menuju kamar sel tempat Bung Karno ditahan pada 1929, lalu.
Basarah kemudian mengajak rombongan memanjatkan doa untuk Putra Sang Fajar itu.
“Ayo, berdoa menurut keyakinan masing-masing,” ucap Basarah.
Basarah pun menyampaikan, bahwa lokasi ini merupakan bukti bahwa Bung Karno merupakan pejuang nasional sejati.
Meski dikurung pada 1929 oleh Pemerintah Hindia-Belanda, Bung Karno berhasil membuat pleidoi Indonesia Menggugat yang sangat monumental bagi kemerdekaan RI.
“Padahal beliau dikurung dalam ruangan yang sangat sempit tetapi menunjukkan kelasnya dengan membuat pleidoi yang dikenal Indonesia Menggugat. Ini bukti bahwa beliau merupakan pahlawan sejati,” tutur Basarah.
Kegiatan dilaksanakan di sela-sela acara 'Bandung-Belgrade-Havana in Global History and Perspective' di Hotel Savoy Homann Bandung.
Para akademisi berkumpul dan berkolaborasi untuk melihat lebih dalam seberapa relevansinya Gerakan Non Blok atau Nonaligned Movement untuk menjaga perdamaian dunia saat ini.
Acara itu merupakan rangkaian kegiatan Bandung Belgrade Havana in Global History and Perspective bertajuk Whats dreams, what challenge, what projects for a global future.
Kegiatan di Bandung ini bekerja sama dengan Universitas Padjadjaran (Unpad).
Para peneliti yang diajak dalam program ini antara lain ialah Annamaria Artner (Hungaria), Connie Rahakundini Bakrie (Indonesia), Isaac Bazie (Burkina Faso), Beatriz Bissio (Brasil), Marzia Casolari (Italia), Gracjan Cimek (Poland), Bruno Drweski (Polandia), Seema Mehra Parihar (India), Jean-Jacques Ngor Sene (Senegal), Istvan Tarrosy (Hungaria), Rityusha Mani Tiwary (India), Nisar Ul Haq (India).