News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Viral Lukisan Abstrak Babi Pigcasso Terjual Lebih dari Rp 15 Miliar, Seperti Apa Ya?

Editor: Nurul Intaniar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seekor babi bernama Pigcasso terus mendulang popularitas berkat karya lukisannya yang telah terjual dan meraup lebih dari Rp 15 miliar.

TRIBUNNEWS.COM - Belum lama ini media dihebohkan dengan viralnya seekor babi yang hobi melukis.

Babi yang bernama Pigcasso ini viral lantaran gemar melukis karya yang abstrak.

Seekor babi bernama Pigcasso terus mendulang popularitas berkat karya lukisannya yang telah terjual dan meraup lebih dari Rp 15 miliar. (Instagram/@pigcassohoghero)

Tapi siapa sangka, lukisan abstrak Pigcasso menjadi viral dan terjual hingga miliaran rupiah.

Sambil menggigit kuas di mulutnya, Pigcasso berhasil membuat karya yang memukau.

Baca juga: Wanita Jatuh Cinta Pada Pria yang Mencuri Ponselnya, Kisah Aneh Mereka Viral

Menurut pengasuhnya, Pigcasso bisa menghasilkan lebih dari Rp 15 miliar dari hasil penjualan karyanya.

Ada banyak karya lukisan Pigcasso yang berhasil terjual dengan nilai fantastis.

Masing-masing lukisan karya Pigcasso bahkan terjual dengan harga mencapai Rp 390 juta.

Melansir Insider, Pigcasso diadopsi oleh seorang aktivis hak-hak hewan Afrika Selatan, yakni Joanne Lefson.

Lefson menyelamatkan Pigcasso pada 2016 silam dari sebuah rumah potong hewan.

Pigcasso kemudian diasuh dan tinggal di tempat perlindungan hewan milik Lefson.

Baca juga: Video Viral, Penumpang Wanita Dipukul Driver Ojol setelah Salah Berikan Titik Penjemputan

Seekor babi bernama Pigcasso terus mendulang popularitas berkat karya lukisannya yang telah terjual dan meraup lebih dari Rp 15 miliar. (Instagram/@pigcassohoghero)

Kini, Pigcasso telah mengumpulkan lebih dari Rp 15 miliar melalui karya seninya.

Uang itu digunakan untuk persediaan makanan, gaji staf suaka, tagihan dokter hewan dan biaya lain untuk fasilitas di tempat perlindungan.

Pigcasso melukis dengan mulutnya menggunakan kuas yang sudah dimodifikasi.

Ia kemudian mencoret-coret kanvas dengan kuas tersebut.

Ketika Pigcasso selesai dengan pekerjaannya, dia menandai kanvas itu dengan moncongnya.

Lefson mengatakan bahwa dia pertama kali memperhatikan kegemaran Pigcasso untuk melukis ialah saat babi itu mengunyah dan menghancurkan sebagian besar barang di kiosnya saat bermain, tetapi merawat kuas dengan hati-hati.

Aktivis itu menulis dalam bukunya bahwa dia menempelkan tisu toilet bekas ke gagang sikat dan memberikan alat itu kepada Pigcasso, yang secara alami mengayunkannya menggunakan mulutnya.

Baca juga: Viral Wisatawan Asing Goa Tetes Dapat Perlakuan Tak Menyenangkan, Dinas Pariwisata Angkat Bicara

Lefson kemudian mengajari babi itu untuk melukis, tentunya dengan proses yang panjang.

"Momen yang paling menarik adalah saat dia membuat bentuk luar biasa sendirian, mulai dari hati, inisial, angka dan saya akan menghentikannya, bertanya pada diri sendiri apa lagi yang dibutuhkan," tulis Lefson.

Pigcasso sejak itu menerima komisi dari legenda tenis Rafael Nadal dan aktor Inggris Ed Westwick, tulis Lefson.

Karya Pigcasso telah ditampilkan pada tampilan jam Swatch yang masing-masing dijual seharga Rp 15 juta pada tahun 2019.

Kisah menarik dari babi juga dijumpai di Amsterdam, yang ternyata memiliki peran tertentu untuk menjaga keamanan perjalanan udara.

Melansir laman CNN Travel, Jumat (3/12/2021), Bandara Schiphol Amsterdam di Belanda kini tengah mempekerjakan 20 hewan dalam sebuah proyek percontohan.

Ilustrasi seekor babi di peternakan. (Flickr/ Nick Saltmarsh)

Proyek tersebut bertujuan untuk mengurangi jumlah serangan burung (bird strikes) pada pesawat.

Baca juga: Viral Emak-emak di Makassar Adu Jotos dan Saling Jambak, Gegara Tersinggung

Tabrakan antara pesawat dan jenis burung yang lebih besar, seperti angsa, dapat menimbulkan bahaya serius, terutama jika hewan tersedot ke dalam mesin.

Bandara mencatat sekira 150 serangan burung pada tahun 2020, kata Willemeike Koster selaku juru bicara Bandara Schiphol.

Menariknya, babi turut ikut serta dalam beberapa tindakan yang diambil bandara untuk mencoba menurunkan jumlah serangan burung tersebut.

Proyek melibatkan babi yang mencari makan di ladang seluas 5 hektare.

Ladang berada di antara dua landasan pacu dan dipenuhi dengan tanaman bit gula (sugar beet) yang baru-baru ini telah dipanen.

Babi-babi itu disediakan oleh Buitengewone Varkens, sebuah perusahaan peternakan yang memelihara hewan di luar ruangan.

Bandara Schiphol mendekati perusahaan dan bertanya apakah babi bisa datang dan memakan sisa tanaman.

Sisa tanaman dapat menarik angsa dan burung lainnya untuk mendekat ke landasan pacu, ungkap Stan Gloudemans yang merupakan co-owner Buitengewone Varkens.

Gloudemans menjelaskan bahwa manfaat pertama adalah babi membantu membuat area tersebut kurang menarik bagi burung dengan menghilangkan sumber makanan.

Manfaat kedua adalah fakta bahwa, sebagai pemakan daging, babi juga akan mencoba menangkap angsa yang mendarat di ladang untuk beristirahat.

Sementara babi tidak bisa bergerak cukup cepat untuk benar-benar menangkap angsa, upaya mereka untuk melakukannya, yakni bertindak seperti orang-orangan sawah yang hidup dan menakut-nakuti burung.

Peternakan Gloudemans menghasilkan sekira 300 anak babi per tahun.

Baca juga: Viral Kapal Penyeberangan Antardesa di Sulawesi Tenggelam, Total Korban Meninggal Sebanyak 15 Orang

Mereka biasanya dikerahkan di sekitar Belanda untuk membersihkan gulma atau sisa tanaman dari panen, bukan sebagai bagian dari langkah-langkah keamanan pesawat, katanya.

"Ini adalah pertanyaan yang paling aneh," kata Gloudemans.

"Lain kali mungkin mereka akan meminta saya untuk menjauhkan pencuri atau semacamnya," tambahnya.

Bandara Schiphol mengatakan keberhasilan proyek akan diukur dengan menganalisis aktivitas burung di daerah tersebut selama ada babi, dibandingkan saat tidak ada babi.

Bandara ini telah mempekerjakan 20 pengontrol burung yang bekerja sepanjang waktu untuk menjauhkan burung, menggunakan teknologi seperti sinar laser dan suara.

Pengelola juga menanam jenis rumput khusus untuk membuat daerah itu tidak menarik bagi burung, ungkap Koster.

Proyek percontohan yang berlangsung selama 6 minggu berakhir pada minggu pertama November 2021 lalu.

Hasilnya, lanjut Koster, proyek tersebut sangat informatif.

Data yang dikumpulkan akan diperiksa dalam beberapa bulan mendatang, dan keputusan tentang penggunaan babi dalam jangka panjang diharapkan dimulai awal tahun depan, tuturnya.

(TribunTravel.com/Yuro)

Kumpulan artikel viral

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini