TRIBUNNEWS.COM, JAMBI – Dari tangan kreatifnya, lahir lebih dari 900 motif Batik Jambi yang memikat.
Sosok Zainul Bahri (64), atau yang lebih dikenal dengan Datuk Zainul Bahri, seniman batik yang kini berusia 64 tahun, adalah seorang pelopor yang telah mendedikasikan hidupnya untuk melestarikan warisan budaya Jambi melalui batik.
Lahir pada 27 Mei 1960 di Jambi dari keluarga keturunan Kesultanan Jambi, Zainul tumbuh besar dengan kain batik sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.
Kisah Awal
Sejak usia sekolah dasar, kecintaannya terhadap batik mulai tumbuh, melihat potensi besar seni ini sebagai identitas budaya.
Pada awal 1980-an, Zainul mulai menekuni dunia batik secara serius.
Tahun 1996 menjadi momen penting dalam hidupnya, ketika ia memberanikan diri merintis usaha batik dengan nama Bahri Batik.
Meski memulai usaha hanya dengan modal Rp500 ribu, tantangan finansial tidak menyurutkan semangatnya.
Dia mencoba mengembangkan, namun rupanya modal tidak cukup.
Pada tahun 1997, Zainul mendapatkan bantuan berupa pinjaman lunak yang memberinya peluang untuk mengembangkan usahanya.
Dengan kerja keras, inovasi, dan tekad yang kuat, usahanya mulai menunjukkan hasil.
Usahanya mulai bisa berdiri sendiri, hingga dia tak lagi meminjam.
Bahri Batik tak hanya menjadi merek yang dikenal di Jambi, tetapi juga menjadi kebanggaan masyarakatnya.
Pada 1997, Zainul mendaftarkan brandnya.
Tahun itu, awal lokasi usaha Zainul ada di Jalan Sartika Nomor 7, dekat Pasar Angsoduo Kota Jambi, karena di situlah rumahnya.
Zainul mulai berdagang kecil dari keliling.
Tak mudah memang. Zainul menghadapi banyak kesulitan, baik dari segi bahan baku, pemasaran, maupun rendahnya minat masyarakat pada batik lokal.
Suatu kali, Batik Bahri mendapat pesanan dari gubernur kala itu untuk mengisi stok hadiah bagi para menteri.
Setelah itu, produknya mengalir, ramai mengisi pameran-pamerah dan stand. Sederet tokoh nasional pun meminati batik karya Zainul.
Sebutlah Megawati Soekarnoputri yang pada tahun 2000-an menjabat presiden, pernah mengenakan Batik Bahri.
Tak perlu sebut berapa harganya bila dibeli tokoh nasional, karena tentu besar.
Soal omzet, Zainul memang tak menyebut angka pasti hasil usaha batik Jambinya dalam rupiah per bulan.
Namun yang pasti, kini ada beberapa pekerja di sana yang hidup dari batik.
Kini produk batik dengan brand Batik Bahri tak hanya dijual di Jambi.
Batik ini telah sampai ke luar Provinsi Jambi tahun demi tahun.
Setelah hampir 40 tahun membatik, Zainul tahu persis bagaimana industri batik mengalami naik turun.
Kecakapan Gambar Motif dan Pola: Lebih 900 Motif Batik
Sebagai seorang pelukis, Datuk Zainul Bahri memiliki kecakapan dalam menggambarkan berbagai motif dan pola yang memiliki nilai estetika tinggi.
Namun, baginya, batik bukan hanya sekadar gambar atau pola, melainkan sebuah medium untuk menceritakan sejarah dan filosofi.
Bahkan dari tangannya, lahirlah lebih dari 900 motif batik yang terinspirasi dari berbagai elemen budaya Jambi, mulai dari peninggalan sejarah, ikon Jambi, tanaman langka, hingga tulisan Arab Melayu.
“Saya tidak sekadar membuat batik.'
"Saya menciptakan cerita di setiap motifnya."
"Setiap karya saya memiliki makna filosofis yang mendalam, yang menceritakan sejarah dan kekayaan alam Jambi,” tuturnya.
Salah satu motif yang ia banggakan adalah motif batik Sipin Jajaran, yang terinspirasi dari lingkungan Danau Sipin.
Motif ini menggambarkan flora dan fauna khas kawasan tersebut, seperti ikan botia dan ikan seluang.
Meskipun karya-karyanya diakui oleh berbagai kalangan, baik di dalam maupun luar negeri, sayangnya Datuk Zainul tidak mendapatkan penghargaan yang layak dari pemerintah Provinsi Jambi.
“Penghargaan justru datang dari luar Provinsi Jambi."
"Padahal saya berharap Jambi sendiri yang bangga dan menghargai warisan budaya ini,” keluhnya.
Di bawah bendera Yayasan Naila Mughni Alesha, Datuk Zainul juga mendirikan Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Sekerabah, tempat di mana ia mengajarkan seni membatik kepada generasi muda.
"Sejauh ini malah sekolah-sekolah swasta yang punya ketertarikan ingin belajar batik, minta diajarkan batik dan sejarahnya yang melekat."
"Jadi saya semangat ketika mereka mau belajar."
"Sekolah negeri malah seolah tidak tertarik dengan batik, lama-lama generasi yang akan datang tidak peduli lagi dengan batik," ucapnya.
Melalui semangat diri yang tak pernah padam, ia terus berjuang agar Batik Jambi tetap dikenal dan dihargai, baik di dalam maupun luar negeri.
Walaupun demikian dia mencoba untuk terus mencari tahu sejarah-sejarah yang bisa ia tuangkan dan karyakan menjadi batik. Sehingga sejarah tersebut tetap ada dalam batik-batik Jambi yang perlu dikenang dan wariskan.
Saksikan kisah inspiratiif Datuk Zainul Bahri hanya di Kanal YouTube Tribunnews.(*)