Oleh: DodySusanto
Direktur Klinik Pancasila
TRIBUNNEWS.COM - Pergulatan diksi antara rupiah terpuruk dan dollar AS yang menguat menguat mengisyaratkan terbelahnya persepsi banyak pihak tentang fenomena ekonomi kekinian.
Sangat beralasan dengan tantangan ekonomi yang terdampak pengaruh eksternal bangsa Indonesia memiliki kesempatan berbenah dari perilaku yang terlalu mudah melupakan error-error yang diperbuat baik dari skala individu maupun kolektif. Kecelakaan pesawat Trigana Air sebelumnya Air Asia telah mengkonfirmasi bahwa penumbuhan budaya keselamatan belum menjadi landas tumpu perilaku anak bangsa. Kecelakaan dengan factor Human Error seakan hiruk pikuk saat momen peristiwa terjadi namun lenyap dan gugur dari perhatian publik ketika paskakejadian.
Perbuatan-perbuatan tersebut terasa tidak menguntungkan kapasitas nasional untuk mengarahkan segenap potensi untuk mempercepat terwujudnya hakekat kemerdekaan untuk semua. Dalam perspektif perilaku, sengatan dominan hukum Murphy dapat di lacak dari jejak error yang hampir merata di semua sektor kehidupan.
Hukum Murphy berkaitan erat dengan Law of Attraction (LoA) atau hukum ketertarikan dimana satu sekuen kesalahan akan menarik kesalahan lain. Dalam rangka pengguliran gerakan Nasional Revolusi Mental sengatan Hukum Murphy dapat dijadikan aksi perlawanan untuk mengantisipasi atau meminimalisir sehingga dapat mengurangi kerusakan-kerusakan yang terjadi akibat pengabaian dari langkah pembiaran. Salah satu diantaranya adalah waspada terhadap segala sesuatu yang tidak bisa diduga namun membutuhkan persiapan yang maksimal.
Upaya menemuken ali jejak error yang pertama kali untuksegera dicarikan tindakan penanganan. Kemampuan otentik masing-masing individu untuk mengolah intuisi juga termasuk keterampilan yang dibutuhkan untuk menghindari sengatan Hukum Murphy.
Terkadang saat situasi sulit kita mengalami “paradox smart advice” yaitu keadaan dimana pasokan input dari luar tidak akurat dengan realita sehingga seseorang malah membuka jalan menuju Hukum Murphy. Dalam perilaku generasi bangsa akibat telat bangun pagi para pelajar sering mengalami sengatan Hukum Murphy yang mengakibatkan seluruh aktifitas tidak mencerminkan gugus disiplin. Dari akumulasi perilaku tersebut Indonesia atau nilai-nilai penebalan terhadap identitas Indonesia memerlukan koreksi karena secara umum perilaku destruktif telah melampaui perilaku konstruktif. Minimnya prakarsa dan ikhtiar berupa tindakan-tindakan untuk bersatu tenggelam oleh maraknya kecenderungan individualistik pemusatan ego sectarian atau golongan warna-warni iri dan dengki serta sifat pencemburu yang terlalu kental ikut menyumbang defisit kebugaran mental manusia Indonesia.
Ungkapan optimistik yang tidak melampaui fase otokritik sering kali mengabaikan bahaya yang tersembunyi dari harapan (Hidden Danger of Hope). Merujuk kalimat arif kemampuan untuk mencari strategi yang terbaik dalam mengelola bahaya tersembunyi dari harapan sangat relevan di anjungkan ketika situasi perekonomian Nasional sedang mengalami situasi sesak nafas.
Modal terbesar bangsa ini adalah PANCASILA. Keinginan kuat termasuk membangun komitmen amal sila ke-5 PANCASILA sangat layak ditoleh,dirujuk dan dijadikan faktor motivasi untuk melihat secara jernih bagaimana kekuatan gotong-royong dimurnikan dari pengaruh politik sehingga memudahkan ayunan solidaritas nasional bertemu pada titik singgunggerakan bersama.
Jika kesungguhan mengamalkan sila ke-5 PANCASILA dengan gotong-royong sila Padikapas( GONGSIPAKAS )dapat dirancang model SKEMA (SistemKerjasamaEkonomiMasyarakatAktif) yang dapat di mulaidenganpemberdayaanruh KOPERASI ( Kumpulan Orang PejuangEkonomi Rakyat Agar Sejahtera Indonesia) melalui pembukaan akses seluas-luasnya tentang sumberdaya ekonomi.
Pemampudayaan SUIRTA BAPOK (Solusi Untuk IbuRumah Tangga Akses Bahan Pokok) dengan harga relative murah dari harga pasar baik, melalui TOMURAH ( Tempat Order Makanan Untuk Rakyat Agar Hemat) atauTempat Order Komoditi Ongkos Menjangkau Unit RumahTangga Aspek Harga ( TOKO MURAH). Yang tidak kalah penting gerakan kesadaran Nasional KOREKSI ( Kemauan Otokritik Respon Ekses Kerusakan Sejak Dini ) harus di layarlebarkan agar semua komponen bangsa terhindar dari saling salah menyalahkan dan bersedia bergandeng tangan untuk mewujudkan IndonesianaTanpa errormania ( Kecanduan error-error terus menerus ). Semoga.