Yangon, Myanmar
Kini Myanmar telah membuka dirinya terhadap dunia luar dan harga real estate di negara ini melonjak naik.
Dampak terutama sangat terasa di Yangon, yang merupakan penghubung negara-negara Asia Tenggara.
Perubahan sedang terjadi di pasar perbatasan ini, apalagi dengan adanya UU Kondominium baru yang disahkan bulan Januari dan memungkinkan kepemilikan asing bangunan bertingkat tinggi.
Selain itu, setelah pemilu baru-baru ini dimenangkan oleh Liga Demokrasi Nasional, harapan tinggi bahwa pemerintahan demokrasi yang baru akan mengambil tindakan lebih lanjut untuk merangsang pertumbuhan real estate.
Gampaha, Sri Lanka
Kota terbesar di Sri Lanka, Kolombo, biasanya menjadi target oleh para investor real estate.
Pun begitu, permintaan akan lokasi selain daerah penghubung komersial di negara tersebut juga mengalami kenaikan.
Berdasarkan data Lamudi, Gampaha adalah lokasi kedua yang paling dicari oleh para pencari hunian di Sri Lanka dengan angka pencarian yang meningkat daripada tahun 2015.
Harga properti di sini pun masih relatif rendah dengan permintaan yang tinggi, ditambah lagi sekarang banyak warga yang memilih untuk tinggal di Gampaha dan melakukan perjalanan pulang-pergi untuk bekerja di Kolombo.
Chittagong, Bangladesh
Kota pelabuhan Chittagong termasuk ke dalam lokasi yang strategis, dengan pertambahan infrastruktur dan perkembangan ekonomi yang menyeluruh.
Pembangunan berlangsung dengan sangat baik di sini dan Kementerian Perencanaan Bangladesh kini sedang menyoroti proyek infrastruktur di wilayah Chittagong yang bernilai lebih dari US$7 milyar.
Proyek unggulan pada proposal tersebut adalah proyek pembangunan jalan yang menghubungkan Chittagong dengan Kunming di baratdaya Cina, melalui Cox’s Bazar dan Myanmar.
Ini bukanlah sesuatu yang mengejutkan, karena pasar properti di kota ini telah menunjukkan pertumbuhan yang cepat beberapa tahun ini, dengan harapan ini akan terus berlanjut di tahun 2016.