News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Kisah Dai Tangguh: Hadapi Persembahkan Sesaji ke Leluhur

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Menguatkan Program Dai Tangguh yang berdedikasi menghantar hidayah di tengah-tengah masyarakat yang telah berlangsung selama lebih dari 15 Tahun, Lembaga Amil Zakat Nasional (Laznas) Baitul Maal Hidayatullah (BMH) kembali menggerakkan dai-dainya di 19 provinsi.

Ditulis oleh : Humas BMH

TRIBUNNERS - Menguatkan Program Dai Tangguh yang berdedikasi menghantar hidayah di tengah-tengah masyarakat yang telah berlangsung selama lebih dari 15 Tahun, Lembaga Amil Zakat Nasional (Laznas) Baitul Maal Hidayatullah (BMH) kembali menggerakkan dai-dainya di 19 provinsi.

"Dai Tangguh adalah program BMH yang menggerakkan para dai pelosok, terpencil, pedalaman dan kepulauan untuk terjun melakukan pembinaan di tengah-tengah masyarakat. Awal tahun ini dikerahkan 99 dai di 19 propinsi," ujar Kepala Humas BMH Pusat Imam Nawawi.

"Ke 19 provinsi itu meliputi Banten, Bengkulu, Bali, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kepulauan Riau, NTB, Papua, Pekanbaru, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, DIY, Sulawesi Tenggara dan Sumatera Selatan," katanya.

Selain DKI Jakarta, para dai tangguh BMH itu bertugas di daerah terpencil dan pelosok yang untuk ke lokasi dakwah memerlukan stamina dan mental yang prima.

Dalam menjalankan tugasnya membina masyarakat pelosok dan terpencil, tidak jarang para dai harus menghadapi medan yang sulit, waktu yang tidak sedikit dan energi yang tidak biasa.

Seperti yang biasa dilakukan oleh Ustadz Ikbal Al-Faris, yang berdakwah di daerah pedalaman membina muallaf, tepatnya di Desa Kedang Ipil, Kota Bangun, Kutai Kartanegara.

"Desa tersebut merupakan desa lawas (tua) yang sangat kuat memegang aturan adat-istiadat. Hingga kini praktik penyediaan sesaji pada ruh leluhur dan pepohonan masih kerap terjadi," ujar Imam Nawawi.

"Untuk sampai ke Kedang Ipil diperlukan waktu 2 jam dengan kondisi jalan yang masih berupa tanah bebatuan dan berlubang. Jika hujan, kendaraan jarang bisa lewat karena sangat licin dan becek,” imbuhnya.

Untuk mengefektifkan gerak dakwah, Ikbal pun menikahi gadis setempat, sehingga pria 31 tahun in lebih bisa diterima di kalangan masyarakat Dayak-Kutai di desa tersebut.

“Belum dai di daerah lain yang tentu juga tidak kalah ‘menarik’ kisah dakwahnya. Insya Allah program ini akan terus ditingkatkan dan semoga di tahun depan bisa serentak di 34 propinsi di Indonesia," pungkas Imam.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini