Ditulis oleh : Ahmad Jefri Adityas Wibawa, Mahasiswa Star BPKP Batch 5 A, UGM Yogyakarta
TRIBUNNERS - Berbicara terkait keberadaan museum oleh sebagian masyarakat kita masih dianggap hanya sebagai penghias kota dan tempat menyimpan benda-benda kuno yang selalu dipenuhi oleh debu serta suasananya menyeramkan.
Museum mempunyai pengertian, “A museum is a non-profit making, permanent institution in the service of society and of its development, and open to the public, which acquires, conserves, researches, communicates and exhibits, for purposes of study, education and enjoyment, material evidence of people and their environment.”
Fungsi museum yang mulia tersebut dapat tercapai jika masyarakat sudi meluangkan waktu untuk berkunjung ke museum dan menikmati benda koleksi pameran serta mencoba untuk memahami nilai yang terkandung dalam benda koleksi pameran tersebut.
Melalui kunjungan ke museum yang rutin dilakukan masyarakat, maka di museum akan terjadi suatu transformasi nilai warisan budaya bangsa dari generasi terdahulu ke generasi sekarang.
Tetapi sayang, masih banyak orang, terutama generasi muda, yang enggan menginjakkan kakinya ke museum karena dianggap tidak prestis dan tidak sesuai dengan tuntunan jaman.
Mereka merasa lebih gengsi datang ke mal, bioskop, atau tempat keramaian lainnya dibanding datang ke museum, sehingga tidak heran jika banyak museum, mengalami krisis pengunjung.
Padahal, sebagai suatu lembaga yang menyajikan berbagai hasil karya dan cipta serta karsa manusia sepanjang zaman, museum merupakan tempat yang tepat untuk dijadikan sebagai sumber belajar.
Melalui benda yang dipamerkannya, pengunjung dapat belajar tentang nilai dan perhatian serta kehidupan generasi pendahulu sebagai bekal di masa kini dan gambaran untuk kehidupan di masa mendatang.
Selain itu, melalui pemanfaatan museum sebagai sumber belajar, sebagai bagian dari pembelajaran dengan pendekatan warisan hudaya, diharapkan siswa dapat tumbuh menjadi generasi yang pintar dengan tidak melupakan akar budaya bangsanya.
Baru – baru ini ada berita yang menjelaskan bahwa kondisi Museum Radya Pustaka di Kota Surakarta sedang memprihatinkan terkait tingginya biaya operasional dan sepinya pengunjung hal itu mengakibatkan sering tutup pada jam pelayanan yang mengakibatkan kekecewaan pengunjung yang hendak datang ke Museum Radya Pustaka.
Museum Radya Pustaka merupakan museum tertua di Indonesia yang menyimpan berbagai macam pengetahuan yang patut kita jaga sampai anak turun kita.
Dalam Teori Etika Bisnis, John Rawls menyatakan bahwa sungguh tidak adil bila generasi sekarang tidak meninggalkan apa – apa sama sekali bagi generasi mendatang.
Dalam istilah praktisnya, Rawls mengimplikasikan bahwa kita perlu secara sukarela melalukan konservasi atas kekayaan sumber daya dan lingkungan yang kita anggap diperlukan oleh generasi – generasi selanjutnya.
Oleh sebab itu eksistensi keberadaan Museum Radya Pustaka di Kota Surakarta sangat perlu dipertahankan, dijaga dan dikembangkan.
Lalu bagaimana peran museum untuk proses belajar untuk generasi mendatang? Menurut pandangan modern, belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat interaksi dengan lingkungan.
Seseorang dinyatakan melakukan kegiatan belajar setelah ia memperoleh hasil, yakni terjadinya perubahan tingkah laku, seperti dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti dan sebagainya.
Dalam belajar menurut Thomas dalam Hamalik terdapat dua tingkatan pengalaman belajar, yaitu, pengalaman melalui benda sebenarnya, kedua, pengalaman melalui benda-benda pengganti.
Dari uraian tersebut menunjukkan, proses pembelajaran tidak hanya berlangsung dalam ruangan kelas di sekolah tetapi dapat juga berlangsung di lingkungan masyarakat.
Sehingga museum sebagai bagian dari masyarakat merupakan salah satu tempat yang dapat dipilih oleh guru untuk kegiatan pembelajaran di luar kelas, karena koleksi pameran dan didalam museum dapat membantu meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang diajarkan di dalam kelas, terutama materi yang berkaitan dengan sejarah perkembangan manusia dan lingkungan.
Selain itu, dukungan dari pengelola museum sangat diperlukan guna menunjang pencapaian tujuan kunjungan ke museum.
Dukungan tersebut dapat dilakukan melalui upaya pertama, menyediakan panel informasi singkat berkenaan dengan pembagian ruang dan jenis koleksi yang dipamerkannya di pintu masuk museum, sehingga pengunjung dapat memperoleh gambaran isi museum secara lengkap begitu masuk pintu museum.
Sehingga walau pengunjung hanya masuk ke salah satu ruangan, dia tidak akan kehilangan “cerita” yang disajikan museum.
Kedua, menyediakan panel-panel informasi yang disajikan secara lengkap dan menarik sebagai pelengkap benda koleksi pameran dan diorama,
Ketiga, menyediakan berbagai fasilitas penunjang kegiatan pendidikan, seperti leaflet, brosur, buku panduan, film, mikro film, slide dan Lembar Kerja Siswa (LKS), sehingga pengunjung dengan mudah mempelajari objek yang dipamerkan museum.
Keempat, Khusus berkenaan dengan LKS, perlu dirancang LKS museum yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing tingkatan usia siswa serta mampu membangkitkan daya kritis siswa sesuai dengan tingkatannya.
Kelima, museum perlu menyelenggarakan berbagai kegiatan permainan museum yang menarik dan mampu meningkatkan pemahaman siswa akan objek yang dipamerkan.