TRIBUNNERS - Kepada Yth, Presiden Republik Indonesia Ir. Joko Widodo di Tempat.
Salam hormat kami, Semoga bapak Presiden senantiasa dalam keadaan sehat dan tetap memiliki semangat untuk memperbaiki bangsa ini, sehingga bangsa ini ada perubahan yang signifikan selama di pimpin oleh bapak. Amin.
Bapak Presiden yang kami muliakan, kenalkan kami yang menulis surat ini dari dari desa yang terisolir yang rakyatnya jauh dari kata sejahtera, tepatnya di Kepulauan Kangean yang masuk Kabupaten Sumenep.
Kenapa kami berani berkata jauh dari kata “Sejahtera”? Karena kami tidak pernah merasakan layanan Listrik Dua Puluh Empat (24) Jam seperti di Sumenep daratan, dan ini berlangsung sampai saat ini.
Bahkan yang paling parah saat bulan Ramadhan ini, lampu di daerah kami jarang normal, paling dalam satu hari kami hanya bisa menikmati 5 sampai 6 jam, itupun tiap desa bergantian.
Sehingga kadang dalam tiga (3) sampai empat (4) hari kami gelap-gelapan di rumah karena Listrik padam.
Ketika ditanya pada petugas, kami selalu diberi alasan bahwa mesinnya lagi rusak, jadi disuruh nunggu sampai ada perbaikan sampai waktu yang tidak ditentukan.
Kalau hanya satu sampai dua belas bulan tentu kami akan sabar, yang ironis ini berlangsung mulai dulu, bahkan mulai bangsa ini merdeka dari penjajah.
Hati kami dan saudara-saudara kami merasa sedih melihat fenomena ini, tapi kadang hati yang sedih itu bisa terobati ketika petugas PLN memberi harapan, seperti adanya sosialisasi dan pasang spanduk di sepanjang jalan bahwa “LISTRIK DUA PULUH EMPAT JAM BAGI WARGA KEPULAUAN SUDAH DI DEPAN MATA”.
Walau itu hanya janji belaka, dan ketika spanduk pengumunan itu jatuh karena angin jalanan, hati kami sakit lagi.
Bapak Presiden yang kami muliakan, bahwa cita-cita besar bapak untuk mencerdaskan anak bangsa ini tidak terialisasi khususnya di Kepulauan Kangean.
Kami sebagai warganya mohon maaf, karena alasannya bahwa kami tidak bisa belajar pada malam hari, tidak bisa mengakses internet sehingga buta informasi, karena tidak ada internet.
Bapak Presiden yang kami muliakan, selain persoalan diatas juga ada banyak persoalan di daerah kami, seperti layanan kesehatan. Kepulauan Kangean tidak ada Rumah Sakit, yang ada hanya Puskesmas dan itupun pelayanannya tidak maksimal.
Karena katanya petugasnya selain keterbatasan Tim Medis, juga sarana-prasaranya minim.
Sehingga ketika warga mau melahirkan yang butuh penanganan khusus harus dibawa ke daratan dengan naik kapal yang memakan waktu sekitar dua belas (12) jam berada di laut, sehingga kadang tidak sampai kedaratan Sumenep ibu dan anaknya sudah meninggal.
Kejadian ini biasa terjadi sampai kami lupa menghitungnya berapa yang sudah meninggal ditengah laut.
Lain lagi dengan kasus (penyakit) lain, lain lagi dengan kapal yan ditumpangi jauh dari kelayakan, kapalnya rongsokan persis kapal pengangkut barang sehingga anatara manusia, hewan dan barang menyatu didalamnya.
Sehingga kami sakit hati, tapi itu kadang sakit hati kami terobati bila ada pengumuman bahwa status Puskemas sudah berubah kepada Rumah Sakit tipe D, walau katanya tipe D itu paling jelek tapi lumayanlah.
Eh, sakit hati kami kambuh lagi ketika tulisan di Puskesmas yang berubah status itu sudah hilang, entah ada yang sengaja menghapus atau memang lagi-lagi kami dibohongi oleh pejabat setempat.
Bapak Presiden yang kami muliakan, bahwa di Kepulauan Kangean juga keadaan jalan juga hancur, sehingga orang jatuh dan tabrakan sudah biasa, sampai-sampai kami bosan mendengar ketika ada musibah di jalan, dan ketika warga menjerit lagi-lagi ada suara dari pejabat bahwa infrastruktur jalan mau diperbaiki bahkan katanya memakai hotmik, tapi itu bohong.
Kami merasa dianaktirikan, saudara kami di daratan sana semua kebutuhan terpenuhi, tapi kami tidak.
Sehingga kami sakit hati, tapi itu terobati sakit hati kami ketika di Kepulauan kami akan dibangun Bandara, katanya biar bepergian bisa cepat sampai, biar orang sakit tidak mati dilaut, tapi itu bohong lagi, sakit hati kami kambuh lagi.
Bapak Presiden yang kami muliakan, kalau persoalan di daerah kami harus ditulis semua dalam surat ini, kayaknya tidak memungkinkan.
Karena daerah kami punya segudang persoalan, ibarat penyakit pada tubuh manusia sudah “Komplikasi” dan perlu pengobatan khusus, dan yang kami yakini bisa mengobatinya adalah Bapak Presiden,
Kenapa? Karena Pemerintah setempat seakan tidak peduli dengan seruan warga Kepulauan.
Semua jalan sudah kami lakukan, berkirim surat, audensi, demonstrasi bahkan yang terakhir ini kawan-kawan kami yang mengatasnamakan Panitia Persiapan Kabupaten Kepulauan Sumenep (PPK2S) mendeklarasikan diri untuk keluar dari Kabupaten Sumenep dan membentuk Daerah Otonomi Baru (DOB).
Sebab mereka menganggap Pemerintah Kabupaten (PEMKAB) Sumenep dianggap sudah tidak punya komitmen lagi untuk mensejahterakan warga Kepulauan ini.
Bapak Presiden yang kami muliakan, entah kenapa sambil menulis surat ini air mata kami menetes, semakin kami lama menulis, air mata kami turun tambah deras, mungkin kami tidak mampu melihat penderitaan warga Kepulauan Sumenep.
Oleh karenanya dengan hati yang penuh penuh harap, semoga surat terbuka ini sampai ke bapak, sehingga bapak Presiden bisa membaca isi surat kami ini dan meresponnya.
Sekali lagi, sejahtera dan tidaknya warga kami di Kepulauan Sumenep hanya menunggu kebijakan dan keihklasan bapak Presiden.
Oia bapak Presiden, kekayan alam daerah kami melimpah ruah, baik itu laut dan daratnya, seperti hutannya yang lebat sekarang sudah ditebangi oleh pihak terkait, katanya untuk kepentingan Negara sampai-sampai gunungnya jadi gundul.
Perut Bumi daerah kami mempunyai ladang Minyak dan Gas (Migas) salah satu yang terbesar di Jawa Timur ini, dan itu sudah dieksploitasi mulai dulu sampai sekarang.
Hasil produksi Migas daerah kami disuplai ke pusat-pusat industri di Gresik, seperti Petro Kimia, PT Gas Negara (PGN). PT PLN Distribusi Jawa-Bali dan sebagainya, tapi timbal balik ke daerah kami kok tidak jelas.
Padahal amanat Undang-undang Dasar 1945 Pasal 33 Berbunyi, “Bumi, Air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat”.
Demikian Surat ini kami buat, atas perhatiannya kami sampaikan terimakasih.
Kepulauan Kangean, 17-06-2016
Hormat Kami.
Pengirim:
Moh. Hasan