News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners

Hari Raya Idul Fitri, TKI, dan Kebahagiaan Mudik Melepas Rindu di Kampung Halaman

Editor: Malvyandie Haryadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Suasana terminal keberangkatan internasional Bandara Doha, Qatar. Di bandara ini kita bisa menemukan banyak TKI yang akan pulang kampung ke Indonesia.

PENULIS: M. Issamsudin/ Dosen di STIKOM Semarang

TRIBUNNERS - Saat memasuki hari-hari pertengahan bulan suci Ramadan, situasi di Bandara Ahmad Yani Semarang selalu terasa sangat ramai.

Banyak penjemput dengan penuh keceriaan, setia menunggu yang dijemput di luar pintu keluar, tidak seperti hari-hari biasanya.

Lalu, siapa yang dijemput ? Yang dijemput adalah para penjemput para pahlawan devisa, para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang pulang mudik dari tempatnya kerja di luar negeri.

Mereka pulang ada yang sekedar libur lebaran dan harus kembali pasca lebaran, adapula yang tidak kembali lagi karena kontrak kerjanya di luar negeri habis.

TKI yang kebanyakan adalah tenaga kerja wanita (TKW) dan bekerja sebagai pekerja rumah tangga (PRT) tersebut pulang ke kampung halaman.

Bukan saja membawa cerita gembira dan uang yang banyak.

Mereka juga membawa harapan bisa membahagiakan keluarga di kampung halaman dan memberdayakan daerah asalnya.

Bagi yang tidak bisa pulang, kebanyakan kiriman uang dan kabar baiknya saja yang datang agar keluarga di desa juga bisa bahagia saat lebaran.

Kebahagiaan itu makin nampak dari wajah-wajah para TKI saat sampai di rumah, melihat rumahnya sudah terbangun bagus, jauh dari sebelumnya.

Ada pula kendaraan yang semuanya dibiayai dari uang hasil kerja di luar negeri, yang dikirim ke kampung halamannya. Demikian halnya usaha ekonomi keluarganya di rumah dan sarana prasarana di lingkungannya juga terbantu oleh mereka.

Kiriman para TKI di desa-desa kantung-kantung TKI sungguh luar biasa besarnya. Kiriman itu adalah devisa, penghasilan dari luar negeri yang dikirim untuk yang tidak kecil jumlahnya dan tidak akan didapat oleh mereka seandainya mereka tidak menjadi TKI.

Itulah bukti kalau pahlawan devisi dapat dijadikan sarana memberdayakan banyak hal di daerah asalnya.

Peran besar para TKI yang demikian itulah yang membuat mereka disebut sebagai pahlawan-pahlawan devisa.

Hanya saja, di antara kebahagian para pahlawan devisa, keluarga dan desanya, ternyata ada TKI dan keluarganya yang tidak bisa meraih kebahagiaan lewat perTKI-an.

Tidak sedikit TKI buruk nasibnya, ada yang tidak diberi makan dan/atau tidak dibayar, menjadi korban kekerasan fisik dan bahkan kekerasan seksual oleh para oknum majikan maupun para perantaranya.

Adapula yang tersangkut masalah hukum dan tidak mendapat perlindungan dan bantuan hukum yang memadai dari berbagai pihak terkait saat tersangkut maalah hukum.

Keadaan yang baik tentang TKI sangat diharapkan bersama. Bukan derita TKI yang diharapkan.

Derita itu sebenarnya tidak perlu terjadi kalau pemerintah bisa bertindak cepat, tepat dan menghormati aturan serta hak asasi manusia (HAM) yang ada melalui perlindungan yang baik pada para TKI.

Demikian halnya pihak TKI dan keluarganya, sudah seharusnya bila akan menjadi TKI, melalui jalur resmi dan sesuai prosedur agar tidak rugi di kemudian hari.

Untuk memberi perlindungan dan dukungan yang baik bagi TKI, para TKI dan calon TKI harus dibantu agar tidak salah memilih PPJTKI dan jangan dipalak saat di dalam maupun di luar negeri.

Perbaikan aturan yang sudah diterapkan pemerintah terkait manajemen pengiriman TKI, termasuk kualitas TKI, sepertinya masih banyak tidak dipatuhi.

Masih banyak TKI dapat berangkat ke luar negeri secara illegal, termasuk yang didukung dengan pemalsuan data, mulai identitas diri (nama, umur, keahlian dan juga alamat asal).

Jangan biarkan perusahaan pengerah jasa TKI yang bermasalah tetap beroperasi, tindak mereka dan tutup sesuai aturan hukum yang berlaku. Pihak imigrasi dan perhubungan tempat pemberangkatan TKI, juga harus lebih cermat dan tidak lengah terkait pengiriman TKI.

Semua itu terkait dengan masih besarnya minat masyarakat menjadi TKI di tengah banyaknya TKI yang tersangkut masalah di negeri orang.

Termasuk pada diri mereka yang sebenarnya pernah menjadi korban saat menjadi TKI, yang ingin menaruhkan harapan perbaikan derajat hidupnya dengan menjadi TKI.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini