TRIBUNNERS - Patut disesalkan bila dalam masyarakat modern pemimpin adalah hasil dari rasuah atau korupsi.
Demikian disampaikan mantan Perdana Menteri Malaysia, Dr Mahathir Mohamad, saat menyampaikan orasi ilmiah dalam rangka Dies Natalis ke 17 Universitas Bung Karno (UBK) di Balai Kartini, Jakarta, Senin, (25/7).
Hadir dalam orasi ilmiah Mahathir Mohamad bertema Membangun Kemandirian Ekonomi dan Pemerintahan Bersih tersebut, selain Pendiri UBK Rachmawati Soekarnoputri, juga ribuan civitas akademika UBK serta sejumlah tokoh nasional seperti Jenderal (Purn) Djoko Santoso, Fuad Bawazier, Ichsanuddin Noorsy, Akbar Tandjung, Otto Hasibuan, hingga Lily Wahid.
Mahathir mengingatkan, apabila korupsi telah menyerang masyarakat maka masyarakat itu tidak mungkin mencapai kesejahteraan.
Dan apabila rakyat menerima sogokan dalam proses pemilihan, maka masyarakat sebenarnya akan kehilangan kekuasaan dan kebaikan demokrasi.
"Kalau sesuatu masyarakat itu tidak melawan rasuah (korupsi), maka masyarakat itu tidak akan berjaya. Hari ini kita lihat ada negara-negara maju, kemajuannya cemerlang, tapi ada negara demokratik, tapi tidak dapat maju. Semua ini bergantung pada budaya masyarakat. Namun kalau mereka tidak bergantung pada nilai-nilai mulia, maka mustahil masyarakat itu akan berjaya," ungkap Mahathir.
Kalau masyarakat sanggup membedakan mana yang baik dan buruk, dan sanggup mengganti dengan yang baik, Mahathir yakin masyarakat itu akan maju. "Tidak ada yang kekal dalam kehidupan manusia. Kita semua tahu, tentang amanah, disiplin. Ini adalah nilai-nilai yang baik yang bisa menjayakan kita," katanya.
Mahathir mengingatkan, bila masyarakat mengizinkan dan menganggap rasuah sebagai hal biasa, maka pemimpinnya juga akan terlibat rasuah.
"Rasuah (korupsi) adalah amalan yang tidak baik dalam masyarakat. Apabila disogok walaupun sedikit, berarti rakyat menjual kuasa, pemimpinnya juga hasil rasuah, rakyatlah yang akan menderita," tegas Mahathir.
Pengirim: Humas UBK