Ditambah dengan banyaknya manipulasi dan permainan pasar, barang-barang pokok naik melambung tinggi sehingga kebutuhan dapur susah menjawab perut rakyat miskin.
Alih-alih operasi pasar, hanya merugikan pedagang kecil dan akan menguntungkan pengusaha importir yang memonopoli pasar, sehingga negeri ini hanya menjadi medan tempur persaingan pasar komoditi.
Inikah kemerdekaan, jika rakyatnya dipertaruhkan setiap kepala oleh hutang negara yang tak kunjung tuntas, sampai sang kepala negara mengemis dalam forum-forum internasional untuk mendatangkan investor kelas kakap.
Sumber kekayaan alam negeri, dibagi-bagikan pada para investor, pendulang kekayaan, memperbesar kantong-kantong bos. Layaknya roti empuk siap saji dibagi-bagi.
Rakyat mau berteriak pun tak bisa untuk menahan lapar, tangisan anak anak kecil yang tak mampu menjangakau mahalnya gizi dan susu, rakyat di setiap pelosok negeri menjerit kesusahan akses kesehatan dan kesejahteraan.
Untuk menutupi semua kesalahan penguasa, sibuk memainkan peran aturan dengan pasal pelindungnya (seperti tax amnesty dan tax holiday), untuk menghindari kritik pedas pasal penghinaan rezim pun dihadirkan, seolah semua sabdanya selalu benar dan salah buat rakyat yang memprotesnya, sehingga semakin tidak jelas demokrasi di negeri ini.
Inikah arti kemerdekaan itu, yang setiap tahunnya diperingati meriah sebulan penuh? Dengan banyaknya penderitaan rakyat, yang tak kunjung menemukan obat kesejahteraannya.
Pantaskah kemerdekaan, dirayakan untuk diperingati dengan hingar bingar? Tidak sedikitpun anak negeri seperti kami sebagai anak bangsa yang mencintai bangsa dan tanah airnya, selalu sabar dan teguh dalam menyampaikan kabar akan kenyataan negeri ini, agar rakyat tau bahwa negeri ini tak hanya sekedar merdeka secara konstitusi. Karena pada kenyataan nya negeri ini sedang tidak baik-baik saja kawan.
Mari kita benahi dengan kesadaran atas refleksi kemerdekaan ini. Sehingga pertanyaan yang seoalah tidak bermartabat itu tidak bermunculan lagi disetiap benak anak-anak negeri yang rindu kemerdekaan hakiki, kemerdekaan yang sejati.