Oleh: Alex Palit
Di sini saya tidak ingin mengomentari prihal gonjang-ganjing berita meresahkan seputar terjadinya penyerangan terhadap tokoh agama yang disinyalir dilakukan oleh orang gila sebagaimana banyak diberitakan.
Di sini saya juga tidak ingin mengomentari prihal kebutuhan hidup yang kian mencekik seperti halnya harga beras yang naik terus melambung sehingga membuat rakyat hanya sanggup membelinya secara literan.
Di sini saya juga tidak ingin mengomentari apakah saat ini dengan melambungnya harga kebutuhan pokok kehidupan rakyat sudah semakin sejahtera atau sebaliknya.
Sebagai citizen jurnalis pecinta dan deling bambu unik, di sini saya hanya ingin mengulas secara filosofis yaitu membaca bambu mengungkap makna apa dan siapa yang tersurat dan tersirat di balik bahasa tanda bambu carang gantung.
Dalam khasanah pengaji deling di kalangan Pecinta Bambu Unik Nusantara (KPBUN), bambu carang gantung adalah dari sebatang bambu utama di mana tunas-tunas ranting (carang) yang pertumbuhannya menggantung berada di atas ruas.
Jadi bambu carang gantung adalah bambu yang tunas-tunas atau carang rantingnya tumbuh dan berkembang di atas ruas batang utama.
Di kalangan pengaji deling, bambu carang gantung ini secara filosofis direpresentasikan sebagai simbolisasi kepemimpinan.
Di mana di sini digambarkan bagaimana batang utama bambu tersebut disimbolisasikan merupakan tempat bergantungnya tumbuhnya benih mata tunas, tunas-tunas atau ranting-rantingnya.
Dalam bambu carang gantung ini batang utama ini menjadi tempat tumpuhan tumbuhnya tunas-tunas atau ranting-ranting menggantungkan hidup dan kehidupannya.
Begitu halnya dalam dunia kepemimpinan, batang utama ini adalah tumpuhan dan harapan hidup bagi yang menggantungkan hidup dan kehidupan daripadanya.
Dalam dunia kepemimpinan, pastinya seorang pemimpin bukan saja harus mampu memberi harapan hidup dan penghidupan bagi mata tunas, tunas-tunas atau ranting-ranting yang menggantungkan kehidupannya bisa tumbuh subur makmur.
Termasuk di sini, sebagai batang utama seorang pemimpin juga mengayomi dan melindungnya mata tunas yang akan tumbuh, tunas-tunas yang mulai tumbuh atau rating-rantingnya yang tumbuh sesuai kehendak dan harapannya.
Dari analogi simbolisasi atau filosofi bambu carang gantung ini merupakan sebuah penggambaran sisi lain dunia kepemimpinan sosok pemimpin.
Oleh para leluhur nenek moyang, membaca bambu mengungkap makna inipun dijadikan pedoman ajaran moral, budi pekerti atau tuntunan hidup. Termasuk simbolisasi bambu carang gantung inipun dijadikan pedoman atau tuntunan hidup bagi seorang pemimpin.
Jadi siapapun pemimpinnya hendaknya harus merepresentasikan analogis simbolisasi atau filosofi bambu carang gantung. Dia harus mampu menjadi tumpuhan tumbuh-kembangnya harapan dan kesehjateraan hidup.
Pastinya dambaan dan harapan itu yang kita nantikan. Semoga!
* Alex Palit, kolektor bambu unik dan pendiri “Komunitas Pecinta Bambu Unik Nusantara” (KPBUN).