Oleh Ken Setiawan, Pendiri NII Crisis Center
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-Dulu oleh masyarakat, aku mendapat gelar orang yang radikal. Dulu Bagiku, semua orang yang berbeda paham denganku salah dan kafir, mereka mendapat neraka sedangkan surga hanya untuku dan kawan kawan yang sudah siap berjihad mendirikan negara Islam.
Kini aku sudah memutuskan keluar dan siap dengan segala resikonya, dianggap kafir, murtad bahkan sebagai pengkhianat oleh kawan kawan yang masih bertahan aktif disana. Ancaman teror, penculikan, pembunuhan itu sudah bukan hal yang asing bagiku.
Tapi inilah pilihanku dan bagiku ide menegakan negara islam di indonesia hanyalah jualan seseorang yang sedang berambisi berpolitik dan memang jualan agama itulah yang seksi dan cukup sukses untuk mengelabuhi masyarakat.
Banyak yang masih tidak percaya kalau aku sudah keluar karena di sana begitu militan kelompok itu, sampai sampai di beberapa media sosial saat awal keluar dari kelompik radikal banyak larangan untuk masyarakat agar jangan berteman denganku, sebab aku adalah orang yang berideologi radikal.
Semua orang boleh ragu dengan agamaku tapi aku tidak ragu dengan iman dan imamku dan aku tidak pernah ragu dengan Islam agamaku. Kini aku bukan bagian dari kelompok yang mengaku Islam yang punya tujuan mewujudkan negara/ khilafah Islam.
Bagiku negara Islam atau khilafah islam adalah bonus dari Allah bila kita sudah menerapkan islam dalam kehidupan, mulai diri sendiri, keluarga dan lingkungan masyarakat.
Contoh kecil penegakan syariat islam bagiku adalah ketika kita mengaplikasikan islam dalam kehidupan nyata misalnya taat lalu lintas, tidak membuang sampah, budaya antri dll. Kini aku bukan lagi bagian dari yang mengaku Islam tapi suka menebar teror dan kebencian sebab Islam itu membawa kedamaian.
Aku bukan bagian dari kelompok Islam yang sesuka hatinya mengkafirkan orang lain termasuk saudaranya sendiri bila tidak sepaham. Aku bukan bagian dari segelintir orang yang mengaku Islam yang menutupi perampokan hartanya, menutupi pedang berlumuran darah dengan gamis dan sorban, sebab itu justru membuat seolah olah Islam itu teroris, padahal sesunggunya tidak demikian.
Aku bukan bagian dari Islam yang membawa ayat-ayat Tuhan untuk menipu masyarakat yang tidak berdosa. Sejatinya ayat ayat tuhan itu untuk pedoman kita supaya mencapai kebahagian dunia dan akhirat.
Aku bukan bagian dari Islam yang menciptakan perang bagi sesama Islam, kita ini sebenarnya satu tapi hanya saja ada yang mau memanfaatkan untuk kepentingan yang sesaat dengan memecah belah.
Aku bukan bagian dari Islam yang menindas agama lain sebab Islam itu rahmatan lil alamin. Nabi Muhammad SAW di utus ke muka bumi ini untuk menyempurnakan AKHLAK. Jadi marilah kita tiru akhlak beliau.
Mari kita ingat kembali konsep Piagam Madinah, disana Nabi Muhammad bukan mengislamkan semua orang, tapi nabi menjadi tauladan negeri madinah diantara beberapa agama dengan sifat beliau yang Shidiq Tabligh, Amanah dan Fathanah.
Ber Islam itu bukan hanya sekedar ketika kita sudah memakai simbol islam misal baju koko ataupun gamis, sebab dahulu abu jahal juga memakai busana tersebut dan oleh Allah disebut jahilliyah masanya, bukan karena bajunya, tapi akhlaknya yang tidak sesuai.
Jadi sekarang walaupun kita memakai pakaian seperti di arab tapi akhlak kita rusak, sama saja dengan perilaku Abu Jahal yang Jahilliyah yg notabene adalah musuh Nabi. Jadi bukan sebuah jaminan bila melihat orang dengan pakaian ke Arab araban itu disebut mujahid, sebab Abu Jahal juga menggunakan pakaian khas negeri arab tersebut.
Agama itu adalah sebenarnya pembawa kedamaian, adalah salah kita itu beragama bila hidup kita tidak damai. Beragama bukan membuat orang menjadi pemarah, tapi membuat orang menjadi tenang, tersenyum dan bahagia, makan enak, tidur nyenyak, menyenangi orang lain dan disenangi orang lain.
Cukup aku saja yang dulu tersesat di kelompok radikal, jangan ada lagi korban dari kalangan generasi muda. Kisah ini bukanlah kebanggaan, ini adalah aib yang sebenarnya tidak perlu di ceritakan, tapi semoga pengalaman ini bermanfaat untuk masyarakat luas.
Kini, ingin kurangkai kembali kebahagiaan itu di sisa hidupku bersama keluarga kecilku. Dulu ngurus sesuatu yang dianggap penegakan negara Islam yang penuh tanggung jawab, kini hanya ngurus anak istri yang otomatis beban hidup terasa ringan. Alhamdulillah dulu yang dianggap sampah oleh masyarakat sebab selalu merekrut anggota dan menyesatkan, kini sudah di terima kembali oleh masyarakat.
Dulu menjadi orang yang tertutup dan tidak punya kawan sebab diluar kelompok semuanya dianggap kafir, kini dengan silaturahmi banyak kawan dimana mana.
Mungkin ini hikmah setelah dulu tersesat. Banyak pelajaran berharga untuk meniti kembali masa depan keluarga kecilku.